oleh : Pida Siswanti 
Anggi adalah seekor anak angsa yang tinggal di sebuah rumah tua tak berpenghuni di tepi danau. Angsa biasanya sangat suka mandi dan berenang di dalam air danau. Namun tak demikian dengan Anggi. Dia hanya suka mandi dan berenang jika air danau telah hangat oleh sinar matahari.
Padahal sejak matahari memancarkan sinarnya di pagi hari, anak-anak angsa tetangga Anggi telah beraamai-ramai mandi dan berenang bersama di danau bersama para ibu angsa, walaupun air danau masih dingin. Namun Anggi memilih tetap tidur di kamarnya dan baru keluar saat matahari sudah cukup tinggi dan air danau menjadi hangat.
Hari itu, ibu Anggi kembali mengajak Anggi mandi dan berenang di danau. Matahari masih tampak merah di ufuk timur.
"Anggi, lihat teman-temanmu semua sudah masuk ke dalam danau. Ayo bergabung dengan mereka" Ajak Ibu.
"Ngga mau, Bu. Air danaunya masih dingin" Sahut Anggi.
"Air dingin akan membuatmu segar, Anggi" Bujuk Ibu lagi.
"Nanti Anggi kedinginan, Bu"
"Anggi kan sudah cukup besar untuk mandi pakai air dingin, masak Anggi takut. Teman-teman Anggi berani tuh mandi di danau walaupun airnya masih dingin"
Anggi masih belum mau beranjak dari tempat tidurnya. Akhirnya Ibu meninggalkan Anggi sendiri dan bergabung dengan para ibu angsa lain yang sedang mandi di danau sambil bercengkerama melakukan kegiatan pagi.
Sementara itu, Anggi memandang ke danau lewat jendela kamarnya. Ia mendengar celoteh dan tawa canda teman-temannya.
"Anggi mana?" Tanya Bela, teman Anggi yang bulunya paling putih dan bersih karena paling rajin mandi.
"Masih tidur. Anggi kan takut air dingin" Sahut Bebe, teman Anggi yang lain.
"Iya, dia baru mandi nanti kalau air danau sudah hangat. Seperti bayi saja ya...mandi pakai air hangat" Teman-teman Anggi tertawa, mentertawakan ketakutan Anggi.
Sebenarnya Anggi tidak mau dikatakan penakut oleh teman-temannya dan ingin segera bergabung ke danau. Tapi membayangkan air danau yang masih sangat dingin membuatnya mengurungkan niatnya sekali lagi.
Rupanya hari itu matahari tidak mampu menembus tebalnya awan yang menutupi langit. Hingga tengah hari, tak ada sedikitpun cahaya matahari yang menghangatkan air danau. Malah, awan semakin menggembungkan dan menghitamkan dirinya. Tampaknya sebentar lagi akan turun hujan lebat, malah mungkin akan ada badai.
Wah, bagaimana ini? Anggi kebingungan. Dia belum mandi hari ini dan merasa sangat gerah. Para angsa adalah bangsa yang sangat menjaga kebersihan badan. Mereka tak bisa melewatkan seharipun tanpa mandi. Mereka harus mandi setiap hari.
Melihat awan semakin gelap, Anggi langsung beranjak menuju danau. Ia harus mandi sebelum hujan turun. Ia lupa kalau air di danau mungkin saja masih dingin. Ia langsung menceburkan dirinya ke dalam danau.
"Bbbrrrrrrr........."Anggi menggigil kedinginan ketika badannya pertama kali menyentuh air danau. Namun saat itu ia langsung meliuk-liukkan leher panjangnya ke seluruh badan dan tidak sempat lagi memikirkan dinginnya air danau. Semuanya karena ia lebih khawatir kalau awan mendahuluinya menurunkan air hujannya. Tidak lupa ia menggosok giginya.
Benar saja, begitu Anggi selesai mandi dan menggosok gigi, hujan mulai turun. Anggi mengeringkan badannya dan bergegas kembali ke rumahnya.
"Anggi sudah mandi, Bu. Pake air dingin" Kata Anggi dengan bangga memberitahu ibunya. Badannya terasa lebih segar.
"Wah...Anggi sudah jadi anak pemberani hari ini" Puji ibu.
Anggi merasa bangga dan senang dengan pujian ibunya. Ia berencana akan bangun pagi esok hari dan mandi serta berenang bersama teman-temannya di danau, walaupun airnya masih dingin. Pasti mengasyikan, gumamnya dalam hati.
Depok, 30 Oktober 2010.
Inspired by my lovely daughter, Nailah, 4 years.
Anggi adalah seekor anak angsa yang tinggal di sebuah rumah tua tak berpenghuni di tepi danau. Angsa biasanya sangat suka mandi dan berenang di dalam air danau. Namun tak demikian dengan Anggi. Dia hanya suka mandi dan berenang jika air danau telah hangat oleh sinar matahari.
Padahal sejak matahari memancarkan sinarnya di pagi hari, anak-anak angsa tetangga Anggi telah beraamai-ramai mandi dan berenang bersama di danau bersama para ibu angsa, walaupun air danau masih dingin. Namun Anggi memilih tetap tidur di kamarnya dan baru keluar saat matahari sudah cukup tinggi dan air danau menjadi hangat.
Hari itu, ibu Anggi kembali mengajak Anggi mandi dan berenang di danau. Matahari masih tampak merah di ufuk timur.
"Anggi, lihat teman-temanmu semua sudah masuk ke dalam danau. Ayo bergabung dengan mereka" Ajak Ibu.
"Ngga mau, Bu. Air danaunya masih dingin" Sahut Anggi.
"Air dingin akan membuatmu segar, Anggi" Bujuk Ibu lagi.
"Nanti Anggi kedinginan, Bu"
"Anggi kan sudah cukup besar untuk mandi pakai air dingin, masak Anggi takut. Teman-teman Anggi berani tuh mandi di danau walaupun airnya masih dingin"
Anggi masih belum mau beranjak dari tempat tidurnya. Akhirnya Ibu meninggalkan Anggi sendiri dan bergabung dengan para ibu angsa lain yang sedang mandi di danau sambil bercengkerama melakukan kegiatan pagi.
Sementara itu, Anggi memandang ke danau lewat jendela kamarnya. Ia mendengar celoteh dan tawa canda teman-temannya.
"Anggi mana?" Tanya Bela, teman Anggi yang bulunya paling putih dan bersih karena paling rajin mandi.
"Masih tidur. Anggi kan takut air dingin" Sahut Bebe, teman Anggi yang lain.
"Iya, dia baru mandi nanti kalau air danau sudah hangat. Seperti bayi saja ya...mandi pakai air hangat" Teman-teman Anggi tertawa, mentertawakan ketakutan Anggi.
Sebenarnya Anggi tidak mau dikatakan penakut oleh teman-temannya dan ingin segera bergabung ke danau. Tapi membayangkan air danau yang masih sangat dingin membuatnya mengurungkan niatnya sekali lagi.
Rupanya hari itu matahari tidak mampu menembus tebalnya awan yang menutupi langit. Hingga tengah hari, tak ada sedikitpun cahaya matahari yang menghangatkan air danau. Malah, awan semakin menggembungkan dan menghitamkan dirinya. Tampaknya sebentar lagi akan turun hujan lebat, malah mungkin akan ada badai.
Wah, bagaimana ini? Anggi kebingungan. Dia belum mandi hari ini dan merasa sangat gerah. Para angsa adalah bangsa yang sangat menjaga kebersihan badan. Mereka tak bisa melewatkan seharipun tanpa mandi. Mereka harus mandi setiap hari.
Melihat awan semakin gelap, Anggi langsung beranjak menuju danau. Ia harus mandi sebelum hujan turun. Ia lupa kalau air di danau mungkin saja masih dingin. Ia langsung menceburkan dirinya ke dalam danau.
"Bbbrrrrrrr........."Anggi menggigil kedinginan ketika badannya pertama kali menyentuh air danau. Namun saat itu ia langsung meliuk-liukkan leher panjangnya ke seluruh badan dan tidak sempat lagi memikirkan dinginnya air danau. Semuanya karena ia lebih khawatir kalau awan mendahuluinya menurunkan air hujannya. Tidak lupa ia menggosok giginya.
Benar saja, begitu Anggi selesai mandi dan menggosok gigi, hujan mulai turun. Anggi mengeringkan badannya dan bergegas kembali ke rumahnya.
"Anggi sudah mandi, Bu. Pake air dingin" Kata Anggi dengan bangga memberitahu ibunya. Badannya terasa lebih segar.
"Wah...Anggi sudah jadi anak pemberani hari ini" Puji ibu.
Anggi merasa bangga dan senang dengan pujian ibunya. Ia berencana akan bangun pagi esok hari dan mandi serta berenang bersama teman-temannya di danau, walaupun airnya masih dingin. Pasti mengasyikan, gumamnya dalam hati.
Depok, 30 Oktober 2010.
Inspired by my lovely daughter, Nailah, 4 years.
Komentar
Posting Komentar