Alhamdulillahi Robbil 'Alamiin
Tahun 2015 kemarin ditutup dengan terbitnya buku solo perdana saya. Buku anak berjudul "Mengenal Tanda-Tanda Kebesaran Allah SWT", diterbitkan oleh Al-Kautsar Kids (Pustaka Alkautsar Group).
Buku setebal 152 halaman ini telah menempuh perjalanan yang cukup panjang sejak idenya muncul hingga terbit. Berawal dari perjalanan saya, suami, dan dua anak saya naik motor bolak-balik dari rumah ke masjid setiap waktu sholat tiba.
Saat maghrib, isya dan subuh, saya selalu memandangi langit yang gelap. Di antara kerlip bintang di sana, saya melihat bulan dalam bentuk yang selalu berbeda. Kadang sabit tipiiis serupa alis, kadang cembung gendut lucu, kadang purnama bulat sempurna dengan cahaya berpendar-pendar, indah sekali.
Lalu timbullah tanya dalam hati, dalam Al-Qur'an Allah SWT berfirman bahwa tidaklah Dia menciptakan segala sesuatu di alam semesta ini dengan sia-sia. Tapi mengapa rasa di hati saya terhadap bulan tak lebih hanya hiasan malam semata? Adakah yang salah dengan diri saya? Apakah saya tak cukup beriman untuk memahami itu semua?
Ah, yang melekat di diri saya tentang bulan hanyalah para cerdik cendekia di Departemen Agama sana selalu mencari hilal untuk menentukan awal bulan Ramadhan. Itu saja. Benarkah hanya untuk itu saja Allah menciptakan bulan? Rasanya tidak...
Lalu saat dhuhur dan ashar, saat saya menemani kedua anak saya sholat di masjid, saya melihat matahari kadang terik, kadang tertutup awan, kadang merah tembaga. Matahari yang lebih besar dari bulan, seharusnya pun ada kegunaan lain selain sebagai pelita dan penghangat kehidupan di bumi. Saya pun melihat bayang-bayang.
Maka Allah SWT memberikan jawaban khusus untuk saya saat saya membaca Al-Qur'an.
"Dirikanlah sholat dari sesudah matahari tergelincir..." (QS Al Israa' : 78)
"Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang bulan sabit, katakanlah, "Itu (penunjuk) waktu bagi manusia..." (QS Al-Baqarah:189)
"Janganlah sembah matahari dan bulan, tetapi sembahlah Allah yang menciptakannya..." (QS Fushshilat : 37)
Penanda waktu! Itulah kata kuncinya. Dan rasa di hati saya yang biasa-biasa saja dengan keberadaan matahari dan bulan, itu karena saya belum pernah dipapar dengan kisah sejati tentang bagaimana menggunakan matahari dan bulan sebagai penanda waktu.
Sekarang sudah ada jam, bukan? Ya, inilah yang membuat kita semua lalai dari memahami matahari dan bulan sebagai penanda waktu. Jika saya saja sudah tak merasakan ikatan apa-apa dengan matahari dan bulan, bagaimanalah lagi dengan anak saya?
Kita sudah berada di akhir zaman, no doubt about it, para alim ulama dan para ustadz sudah berulangkali mengingatkan kita tentang ini. Tanda-tanda semakin dekatnya kiamat sebagaimana nubuwah Rasulullah SAW sudah kita saksikan dengan mata kepala kita sendiri di zaman ini. Dan salah satu nubuwah itu memberitahu bahwa peradaban manusia nantinya akan kembali seperti peradaban saat Rasulullah SAW hidup. Tak ada teknologi.
Tak ada teknologi. Berarti tak ada lagi jam yang membantu kita menandai waktu. Sementara ibadah sholat, shaum, haji dan ibadah lainnya tetap harus dilaksanakan selama hayat masih dikandung badan. Jika kita, atau anak cucu kita, kelak yang mengalami peradaban ini, sudah siapkah kita (dan mereka)?
Maka menggali kembali kegunaan matahari dan bulan dan memapar anak-anak kita secara langsung bagaimana menggunakannya adalah pilihan terbaik kita. Semata-mata untuk mengamalkan ayat ini:
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS. An-Nisaa`: 9)
Agar anak cucu kita tidak menjadi lemah saat Allah SWT menakdirkan mereka mengalami peradaban tanpa teknologi, kita bekali mereka dengan 'teknologi alami' dari sumbernya langsung.
Mengapa harus kita yang mengenalkannya? Bukankah jika kita biarkan pun, seseorang pada zaman itu akan mengajari mereka. Ah, saya teringat ayat ini:
Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu, niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik, dan yang paling besar pahalanya." – (QS.Al-Muzzammil:20)
Maka saya mengajak anak saya, Nailah (saat itu TK B, usia 6 tahun) untuk melakukan pengamatan langsung selama satu hari penuh, bagaimana menandai saat tergelincirnya matahari. Hasil pengamatan ini saya tuangkan dalam buku (halaman 28-29).
Dan untuk pembaca disediakan tabel kosong di halaman 16-17. Harapan saya, para orang tua atau guru membimbing anak-anak atau murid-murid mereka untuk mengisi tabel kosong itu melalui pengamatan langsung. 
Lalu saya kembali mengajak Nailah untuk mengamati bentuk-bentuk bulan selama satu bulan penuh. Saya minta Nailah menggambarkan bentuk bulan yang ia lihat di langit malam, dan saya artikulasikan mengapa bentuknya seperti itu dan apa kegunaannya. Tabel pengamatan itu saya tuangkan dalam buku (halaman 41).
Dua pengamatan yang sangat mengasyikan sekaligus menyuburkan iman dalam diri Nailah, In sya Allah.
Keberadaan Allah SWT sangat nyata saat kami melakukan pengamatan itu. Dan saya sangat ingin orang lain merasakan manisnya iman seperti yang saya alami. Karena itulah saya buat naskah buku ini. Naskah buku ini mulai saya tulis sekitar akhir tahun 2012. Sekitar enam bulan saya menulisnya di sela-sela pekerjaaan saya waktu itu sebagai Underwriter di sebuah perusahaan asuransi umum.
Penerbit pertama, sama sekali tak memberi respon. Lalu saya kirim ke penerbit lain, Pustaka Al-Kautsar, dan Alhamdulillah, atas kehendak Allah, disetujui untuk diterbitkan pada tahun 2013. Melalui para editor, sekali lagi Allah mengajari saya bagaimana membuat naskah buku yang lebih baik. Proses Ilustrasi membutuhkan waktu hampir dua tahun, melibatkan enam ilustrator yang berbeda. Hingga akhirnya, di akhir tahun 2015, buku ini lahir dan mulai dipasarkan.
Dan bukan hanya tentang matahari dan bulan, dalam buku ini juga ada bumi dan langit, serta udara dan air. Keenamnya bersatu untuk membantu kita menggali lebih dalam tentang tanda-tanda kebesaran Allah bersama anak-anak kita. Cocok untuk anak usia 7-12 tahun. Mudah-mudahan, anak-anak kita akan terus mengingatnya hingga dewasa, lalu menceritakannya kembali kepada cucu-cicit kita. Amiin. Insya Allah menjadi amal jariyah, ilmu yang bermanfaat.
Mungkin ada sedikit ketidaksempurnaan setelah buku ini selesai dicetak, namun Insya Allah tidak mengurangi keberkahan buku ini saat kita membelikannya untuk anak-anak atau murid-murid kita, lalu menceritakannya dan melakukan pengamatan bersama mereka. Amiin.
Buku ini sudah tersedia di toko-toko buku terdekat di kota anda.
Rincian Buku (Sumber Info dari Penerbit)
Tahun 2015 kemarin ditutup dengan terbitnya buku solo perdana saya. Buku anak berjudul "Mengenal Tanda-Tanda Kebesaran Allah SWT", diterbitkan oleh Al-Kautsar Kids (Pustaka Alkautsar Group).
Buku setebal 152 halaman ini telah menempuh perjalanan yang cukup panjang sejak idenya muncul hingga terbit. Berawal dari perjalanan saya, suami, dan dua anak saya naik motor bolak-balik dari rumah ke masjid setiap waktu sholat tiba.
Saat maghrib, isya dan subuh, saya selalu memandangi langit yang gelap. Di antara kerlip bintang di sana, saya melihat bulan dalam bentuk yang selalu berbeda. Kadang sabit tipiiis serupa alis, kadang cembung gendut lucu, kadang purnama bulat sempurna dengan cahaya berpendar-pendar, indah sekali.
Lalu timbullah tanya dalam hati, dalam Al-Qur'an Allah SWT berfirman bahwa tidaklah Dia menciptakan segala sesuatu di alam semesta ini dengan sia-sia. Tapi mengapa rasa di hati saya terhadap bulan tak lebih hanya hiasan malam semata? Adakah yang salah dengan diri saya? Apakah saya tak cukup beriman untuk memahami itu semua?
Ah, yang melekat di diri saya tentang bulan hanyalah para cerdik cendekia di Departemen Agama sana selalu mencari hilal untuk menentukan awal bulan Ramadhan. Itu saja. Benarkah hanya untuk itu saja Allah menciptakan bulan? Rasanya tidak...
Lalu saat dhuhur dan ashar, saat saya menemani kedua anak saya sholat di masjid, saya melihat matahari kadang terik, kadang tertutup awan, kadang merah tembaga. Matahari yang lebih besar dari bulan, seharusnya pun ada kegunaan lain selain sebagai pelita dan penghangat kehidupan di bumi. Saya pun melihat bayang-bayang.
Maka Allah SWT memberikan jawaban khusus untuk saya saat saya membaca Al-Qur'an.
"Dirikanlah sholat dari sesudah matahari tergelincir..." (QS Al Israa' : 78)
"Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang bulan sabit, katakanlah, "Itu (penunjuk) waktu bagi manusia..." (QS Al-Baqarah:189)
"Janganlah sembah matahari dan bulan, tetapi sembahlah Allah yang menciptakannya..." (QS Fushshilat : 37)
Penanda waktu! Itulah kata kuncinya. Dan rasa di hati saya yang biasa-biasa saja dengan keberadaan matahari dan bulan, itu karena saya belum pernah dipapar dengan kisah sejati tentang bagaimana menggunakan matahari dan bulan sebagai penanda waktu.
Sekarang sudah ada jam, bukan? Ya, inilah yang membuat kita semua lalai dari memahami matahari dan bulan sebagai penanda waktu. Jika saya saja sudah tak merasakan ikatan apa-apa dengan matahari dan bulan, bagaimanalah lagi dengan anak saya?
Kita sudah berada di akhir zaman, no doubt about it, para alim ulama dan para ustadz sudah berulangkali mengingatkan kita tentang ini. Tanda-tanda semakin dekatnya kiamat sebagaimana nubuwah Rasulullah SAW sudah kita saksikan dengan mata kepala kita sendiri di zaman ini. Dan salah satu nubuwah itu memberitahu bahwa peradaban manusia nantinya akan kembali seperti peradaban saat Rasulullah SAW hidup. Tak ada teknologi.
Tak ada teknologi. Berarti tak ada lagi jam yang membantu kita menandai waktu. Sementara ibadah sholat, shaum, haji dan ibadah lainnya tetap harus dilaksanakan selama hayat masih dikandung badan. Jika kita, atau anak cucu kita, kelak yang mengalami peradaban ini, sudah siapkah kita (dan mereka)?
Maka menggali kembali kegunaan matahari dan bulan dan memapar anak-anak kita secara langsung bagaimana menggunakannya adalah pilihan terbaik kita. Semata-mata untuk mengamalkan ayat ini:
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS. An-Nisaa`: 9)
Agar anak cucu kita tidak menjadi lemah saat Allah SWT menakdirkan mereka mengalami peradaban tanpa teknologi, kita bekali mereka dengan 'teknologi alami' dari sumbernya langsung.
Mengapa harus kita yang mengenalkannya? Bukankah jika kita biarkan pun, seseorang pada zaman itu akan mengajari mereka. Ah, saya teringat ayat ini:
Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu, niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik, dan yang paling besar pahalanya." – (QS.Al-Muzzammil:20)
Maka saya mengajak anak saya, Nailah (saat itu TK B, usia 6 tahun) untuk melakukan pengamatan langsung selama satu hari penuh, bagaimana menandai saat tergelincirnya matahari. Hasil pengamatan ini saya tuangkan dalam buku (halaman 28-29).
Lalu saya kembali mengajak Nailah untuk mengamati bentuk-bentuk bulan selama satu bulan penuh. Saya minta Nailah menggambarkan bentuk bulan yang ia lihat di langit malam, dan saya artikulasikan mengapa bentuknya seperti itu dan apa kegunaannya. Tabel pengamatan itu saya tuangkan dalam buku (halaman 41).
Dua pengamatan yang sangat mengasyikan sekaligus menyuburkan iman dalam diri Nailah, In sya Allah.
Keberadaan Allah SWT sangat nyata saat kami melakukan pengamatan itu. Dan saya sangat ingin orang lain merasakan manisnya iman seperti yang saya alami. Karena itulah saya buat naskah buku ini. Naskah buku ini mulai saya tulis sekitar akhir tahun 2012. Sekitar enam bulan saya menulisnya di sela-sela pekerjaaan saya waktu itu sebagai Underwriter di sebuah perusahaan asuransi umum.
Penerbit pertama, sama sekali tak memberi respon. Lalu saya kirim ke penerbit lain, Pustaka Al-Kautsar, dan Alhamdulillah, atas kehendak Allah, disetujui untuk diterbitkan pada tahun 2013. Melalui para editor, sekali lagi Allah mengajari saya bagaimana membuat naskah buku yang lebih baik. Proses Ilustrasi membutuhkan waktu hampir dua tahun, melibatkan enam ilustrator yang berbeda. Hingga akhirnya, di akhir tahun 2015, buku ini lahir dan mulai dipasarkan.
Dan bukan hanya tentang matahari dan bulan, dalam buku ini juga ada bumi dan langit, serta udara dan air. Keenamnya bersatu untuk membantu kita menggali lebih dalam tentang tanda-tanda kebesaran Allah bersama anak-anak kita. Cocok untuk anak usia 7-12 tahun. Mudah-mudahan, anak-anak kita akan terus mengingatnya hingga dewasa, lalu menceritakannya kembali kepada cucu-cicit kita. Amiin. Insya Allah menjadi amal jariyah, ilmu yang bermanfaat.
Mungkin ada sedikit ketidaksempurnaan setelah buku ini selesai dicetak, namun Insya Allah tidak mengurangi keberkahan buku ini saat kita membelikannya untuk anak-anak atau murid-murid kita, lalu menceritakannya dan melakukan pengamatan bersama mereka. Amiin.
Buku ini sudah tersedia di toko-toko buku terdekat di kota anda.
Rincian Buku (Sumber Info dari Penerbit)
| Judul | : | Mengenal Tanda Kebesaran Allah SWT | 
| Penulis | : | Pida Siswanti | 
| No ISBN | : | 978-602-1694-23-7 | 
| Kategori | : | Buku Anak | 
| Cover | : | Art-Carton | 
| Isi | : | 152 Halm | 
| Ukuran | : | 20.00 x 28.00 cm | 
| Berat | : | 400 gr | 
| Harga | : | Rp 88.000,00 | 
| 
Ayah, Bunda, buku ini tidak hanya memaparkan fakta-fakta ilmiah tentang alam semesta. Tetapi juga hikmah di balik fakta-fakta ilmiah itu. Sehingga, anak-anak bisa lebih mengenal Allah melalui sains dalam kehidupan sehari-hari. Mari kenalkan Islam dan sains sebagai satu kesatuan dengan cara yang menyenangkan. Selamat membaca bersama buah hati Anda! | 


Komentar
Posting Komentar