Langsung ke konten utama

Kera(h) Alvin

Field Trip keluarga hari Minggu ini ke kebun binatang Ragunan. Project Nailah adalah menggambar binatang. Nailah sudah menggambar zebra, gajah dan rusa. Binatang terakhir pilihan gadis cilik 4.5 tahun itu adalah burung merak.
Banyak pengunjung mengerubungi kandang burung Merak. Sebagian mereka, terutama anak-anak, melingkari Nailah yang asyik menggambar. Beberapa tertawa, karena gambar Nailah memang jauh dari mirip.
Tiba-tiba, terdengar suara wanita mengumumkan sesuatu. Berita anak hilang. “Mohon perhatian, telah ditemukan seorang anak laki-laki berusia sekitar lima tahun, mengaku bernama Alvin, dengan ciri-ciri memakai baju berkerah bergaris-garis oranye. Kepada orang tua yang kehilangan harap menghubungi pusat informasi.”
Selang beberapa lama, pengumuman yang sama diulang. Selama kami menemani Nailah menggambar di dekat kandang burung merak  itu, ada sekitar lima kali pengumuman itu diulang. Barangkali orang tua si anak hilang ini tak kunjung datang.
“Alvinnya di mana, Ma?” tanya Nailah tiba-tiba. Pengumuman berulang-ulang  itu rupanya menarik perhatiannya. Apalagi beberapa pengunjung lain di sekitar kami berkomentar tentang orang tua Alvin yang tak kunjung menjemput anaknya.
“Di pusat informasi. Tuh, di situ!” aku menunjuk gedung yang bertuliskan pusat informasi, ternyata gedung itu berada tepat di seberang kanan kandang burung merak.
Nailah melongok, lalu mengeja tulisan besar itu, “Pu..sa..t…in..for..ma..si.”
Usai menggambar burung merak, kami beristirahat dan makan bekal di taman dekat kandang burung merak itu, di bawah pohon yang teduh.
“Ma, Nailah mau lihat kera yang bergaris-garis oranye.” pinta Nailah, mulutnya mengudap.
Aku mengernyitkan alis,”Kera bergaris-garis oranye? Memang ada? Nailah lihat di mana?” setahuku tak ada kera bergaris-garis oranye. Kera itu berwarna antara coklat dan abu-abu.
“Itu di situ.” Nailah menunjuk gedung pusat informasi.
“Itu pusat informasi, Kak. Ngga ada kera di situ.” sahutku.
“Itu tadi, Mba itu bilang, di situ ada kera bergaris-garis oranye. Nailah mau lihat.” rajuknya lagi.Aku diam mencerna penjelasannya. Melihatku kebingungan, Nailah berbisik di telingaku, “Namanya Alvin, Ma.”
Mendengar bisikannya, aku langsung terbahak. Ketika kuceritakan pada suamiku, dia juga ikut tertawa. Tapi Nailah manyum, wajahnya cemberut. Aku buru-buru memberi penjelasan, kalau Alvin itu bukan kera tapi anak-anak. Kera itu maksudnya bajunya berkerah, sambil menekankah huruf H dan menunju kerah baju ayahnya memberi contoh, jadi Alvin adalah anak-anak yang memakai baju berkerah, warna bajunya oranye dan ada garis-garis di bajunya itu. Nailah tersipu-sipu mendengar penjelasanku.










Komentar

Postingan populer dari blog ini

Proses (Kreatif) Dibalik Buku Anak : Mengenal Tanda Kebesaran Allah SWT

Alhamdulillahi Robbil 'Alamiin Tahun 2015 kemarin ditutup dengan terbitnya buku solo perdana saya. Buku anak berjudul "Mengenal Tanda-Tanda Kebesaran Allah SWT", diterbitkan oleh Al-Kautsar Kids (Pustaka Alkautsar Group). Buku setebal 152 halaman ini telah menempuh perjalanan yang cukup panjang sejak idenya muncul hingga terbit.  Berawal dari perjalanan saya, suami, dan dua anak saya naik motor bolak-balik dari rumah ke masjid setiap waktu sholat tiba.  Saat maghrib, isya dan subuh, saya selalu memandangi langit yang gelap. Di antara kerlip bintang di sana, saya melihat bulan dalam bentuk yang selalu berbeda. Kadang sabit tipiiis serupa alis, kadang cembung gendut lucu, kadang purnama bulat sempurna dengan cahaya berpendar-pendar, indah sekali.  Lalu timbullah tanya dalam hati, dalam Al-Qur'an Allah SWT berfirman bahwa tidaklah Dia menciptakan segala sesuatu di alam semesta ini dengan sia-sia. Tapi mengapa rasa di hati saya terhadap bulan tak lebih hanya hi...

Tiga Langkah Pertamaku

(Juara 2 lomba menulis " Capture Your Gain Moment " yang di selenggarakan oleh Majalah Parents Guide, bulan Desember 2010) Menjelang usia sembilan bulan anakku, Farraas. Aku menjadi full time mom.  Jika dulu pengasuhnya sangat hati-hati menjaga karena tentu saja takut aku marahi kalau terjadi apa-apa. Aku cenderung membiarkan dan tidak menahannya menjelajah seisi rumah. Aku hanya mengamati benda-benda disekitarnya kalau-kalau bisa membahayakannya. Selebihnya,kubiarkan ia menantang dirinya sendiri, merangkak, memegang ini itu, menjangkau benda yang lebih tinggi, lalu mulai berdiri. Awalnya aku terpana melihat ia berdiri sendiri dengan kaki gemetar, mungkin kakinya belum kuat. Ia menangis lalu jatuh terduduk. Aku hanya tersenyum seraya berkata, “Bagus, Nak. Ayo teruskan!”. Dua hari kemudian, Farraas mulai menantang dirinya untuk menggerakkan kakinya selangkah dengan tangan berpegangan di sofa. Satu langkah masih gemetar, ia menangis, namun sekali lagi aku katakan, “Ba...

Indeks Pembangunan Manusia, Indeks Membaca dan Korupsi

Sudah lama saya ingin tahu dan menulis mengenai hubungan korupsi, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Indeks Membaca, adakah hubungan yang saling berkaitan? KORUPSI Dari data “Political & Economic Risk Consultancy” (PERC) – Hongkong yang dirilis pada tanggal 8 Maret 2010, Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai negara paling korup se-asia pasifik. Berikut urutan lengkapnya: Indonesia (terkorup) Kamboja (korup) Vietnam (korup) Filipina (korup) Thailand India China Taiwan Korea Macau Malaysia Jepang Amerika Serikat (bersih) Hong Kong (bersih) Australia (bersih) Singapura (terbersih) Penilaian didasarkan atas pandangan ekskutif bisnis yang menjalankan usaha di 16 negara terpilih. Total responden adalah 2,174 dari berbagai kalangan eksekutif kelas menengah dan atas di Asia, Australia, dan Amerika Serikat. Masih data PERC 2010, dalam kurun 2008-2010, peringkat korupsi Indonesia meningkat dari 7.98 (2008.), 8.32 (2009) dan naik menjadi 9.07 (2010) dari angka...