Langsung ke konten utama

Karena Kita Bersaudara

Nailah si 4 tahun, dan adiknya, Farraas si 2 tahun, sedang bermain senter. Tak lama, terjadilah saling rebut senter antara Nailah dan adiknya. Farraas menangis ingin minta senter itu dari tangan kakaknya, sementara Nailah bersikeras menolak memberi. “Jem…jem…,” rengek Farraas. Maksudnya pinjem.
 “Nailah, Adikmu kan sudah bilang baik-baik, kenapa Nailah ngga mau minjemin senternya? Nailah jadi anak pelit sekarang?” tanyaku membujuk.
Nailah sedikit memberengut, “Tadi Nailah masih pengin main sama senternya, Ma. Jadi pelitnya banyak,” tangan mungilnya memberikan senter itu ke Farraas, “Tapi sekarang, pelitnya sedikit kok, Ma. Tuh, Nailah udah kasih Adek.”
Aku tersenyum mendengar istilah pelitnya banyak dan pelitnya sedikit. Itu memang istilah khas Nailah mengatakan sesuatu yang abu-abu, sesuatu yang berada di antara, sesuatu yang sedang-sedang saja, banyak dan sedikit. “Begitu, dong! Sama saudara itu harus saling menyayangi,” aku memuji.
“Nailah sama Dek Farraas itu saudara emang?” tanya Nailah. Melihatku mengangguk, ia melanjutkan, “Karena Nailah sama Adek sama sama dari perut Mama?” Aku mengangguk lagi dan Nailah buru-buru bertanya memastikan,”Waktu belum ada di perut Mama. Nailah masih sama Allah di luar bumi?”
Aku sedikit terperangah. Tak menduga gadis cilik itu masih sangat ingat percakapan kami berbulan-bulan lalu.
“Waktu masih sama Allah, Nailah disayang Allah?” Nailah.
“Sekarang juga Allah masih sayang.” Aku.
“Kenapa?” Nailah.
“Karena Allah Maha Penyayang. Kan setiap hari Nailah berdoa Bismillahirrohmanirrohim, dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang.” Aku
“Maha itu apa? Pengasih itu apa?” masih Nailah.
“Pengasih itu temennya penyayang. Kalau sayang di temenin sama kasih, artinya lebih lebih sayang lagi. Ditambah Maha, kasih sama sayangnya jadi tambah tambah banyak lagi.” Aku. Meminjam istilah khas Nailah.
“Allah juga kasih sayang sama Adek Farraas?” Nailah.
“Iya.” Aku.
“Karena Nailah sama Adek Farraas saudara? Jadi kalau Allah sayang sama Nailah. Allah juga sayang sama Adek Farraas?” Nailah.
Melihatku tersenyum mengangguk, Nailah merasa puas. Ia pun mengajak Farraas kembali bermain.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Proses (Kreatif) Dibalik Buku Anak : Mengenal Tanda Kebesaran Allah SWT

Alhamdulillahi Robbil 'Alamiin Tahun 2015 kemarin ditutup dengan terbitnya buku solo perdana saya. Buku anak berjudul "Mengenal Tanda-Tanda Kebesaran Allah SWT", diterbitkan oleh Al-Kautsar Kids (Pustaka Alkautsar Group). Buku setebal 152 halaman ini telah menempuh perjalanan yang cukup panjang sejak idenya muncul hingga terbit.  Berawal dari perjalanan saya, suami, dan dua anak saya naik motor bolak-balik dari rumah ke masjid setiap waktu sholat tiba.  Saat maghrib, isya dan subuh, saya selalu memandangi langit yang gelap. Di antara kerlip bintang di sana, saya melihat bulan dalam bentuk yang selalu berbeda. Kadang sabit tipiiis serupa alis, kadang cembung gendut lucu, kadang purnama bulat sempurna dengan cahaya berpendar-pendar, indah sekali.  Lalu timbullah tanya dalam hati, dalam Al-Qur'an Allah SWT berfirman bahwa tidaklah Dia menciptakan segala sesuatu di alam semesta ini dengan sia-sia. Tapi mengapa rasa di hati saya terhadap bulan tak lebih hanya hi...

Tiga Langkah Pertamaku

(Juara 2 lomba menulis " Capture Your Gain Moment " yang di selenggarakan oleh Majalah Parents Guide, bulan Desember 2010) Menjelang usia sembilan bulan anakku, Farraas. Aku menjadi full time mom.  Jika dulu pengasuhnya sangat hati-hati menjaga karena tentu saja takut aku marahi kalau terjadi apa-apa. Aku cenderung membiarkan dan tidak menahannya menjelajah seisi rumah. Aku hanya mengamati benda-benda disekitarnya kalau-kalau bisa membahayakannya. Selebihnya,kubiarkan ia menantang dirinya sendiri, merangkak, memegang ini itu, menjangkau benda yang lebih tinggi, lalu mulai berdiri. Awalnya aku terpana melihat ia berdiri sendiri dengan kaki gemetar, mungkin kakinya belum kuat. Ia menangis lalu jatuh terduduk. Aku hanya tersenyum seraya berkata, “Bagus, Nak. Ayo teruskan!”. Dua hari kemudian, Farraas mulai menantang dirinya untuk menggerakkan kakinya selangkah dengan tangan berpegangan di sofa. Satu langkah masih gemetar, ia menangis, namun sekali lagi aku katakan, “Ba...

Indeks Pembangunan Manusia, Indeks Membaca dan Korupsi

Sudah lama saya ingin tahu dan menulis mengenai hubungan korupsi, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Indeks Membaca, adakah hubungan yang saling berkaitan? KORUPSI Dari data “Political & Economic Risk Consultancy” (PERC) – Hongkong yang dirilis pada tanggal 8 Maret 2010, Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai negara paling korup se-asia pasifik. Berikut urutan lengkapnya: Indonesia (terkorup) Kamboja (korup) Vietnam (korup) Filipina (korup) Thailand India China Taiwan Korea Macau Malaysia Jepang Amerika Serikat (bersih) Hong Kong (bersih) Australia (bersih) Singapura (terbersih) Penilaian didasarkan atas pandangan ekskutif bisnis yang menjalankan usaha di 16 negara terpilih. Total responden adalah 2,174 dari berbagai kalangan eksekutif kelas menengah dan atas di Asia, Australia, dan Amerika Serikat. Masih data PERC 2010, dalam kurun 2008-2010, peringkat korupsi Indonesia meningkat dari 7.98 (2008.), 8.32 (2009) dan naik menjadi 9.07 (2010) dari angka...