dalam www.youtube.com/watch?v=hpjuufpCDOI
Dinarasikan kembali oleh : Pida Siswanti
| cahaya petang | 
Allah SWT banyak memberikan perumpamaan dalam kitab-Nya, Al-Qur'an. Perumpamaan seringkali diperlukan untuk menjelaskan sesuatu yang terlampau sulit dicerna oleh akal manusia. Seorang guru, sering membuat perumpamaan untuk membuat muridnya mengerti. Seorang Ibu atau Ayah pun sama, sering menggunakan perumpamaan untuk membuat anaknya memahami sesuatu yang rumit untuk umur mereka. Agar murid atau anak faham, perumpamaan harus dibuat dengan mempertimbangkan pengetahuan yang sudah mereka miliki sebelumnya, dan disampaikan menggunakan bahasa yang lebih sederhana.
Dalam Al-Qur'an, Surat An-Nur (24) ayat 35 - 36, Allah SWT membuat perumpamaan.
Ayat 35
"Allah (Pemberi) cahaya kepada langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya seperti ceruk yang di dalamnya ada pelita, yang pelita itu ada di dalam tabung kaca, yang tabung kaca itu seperti bintang yang berkilauan. (Pelita itu) dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di timur dan tidak pula di barat. Minyaknya saja hampir-hampir menerangi walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya. Allah memberi petunjuk kepada cahaya-Nya bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Allah (Pemberi) cahaya kepada langit dan bumi
Allah memberi cahaya kepada langit dan bumi. Tanpa cahaya dari Allah ini, kita tidak bisa melihat hakikat alam semesta yang sebenarnya. Tanpa cahaya dari Allah ini, kita tidak melihat sesuatu sebagai sesuatu itu sesungguhnya. Gelap. Bandingkan jika kita melihat suatu benda di saat gelap dan di saat lampu menyala. Saat gelap, kita menyangka benda itu adalah A, sesuatu yang menakutkan. Setelah lampu menyala, baru kita tahu bahwa benda itu sebenarnya adalah B, sesuatu yang sama sekali tidak menakutkan. Tidak akan sama. Hanya dengan cahaya Allah-lah, kita bisa memahami apa itu langit, bumi dan alam semesta ini sesungguhnya, dan untuk apa mereka ada.
Perumpamaan cahaya-Nya seperti ceruk yang di dalamnya ada pelita, yang pelita itu ada di dalam tabung kaca, yang tabung kaca itu seperti bintang yang berkilauan
Agar kita manusia mudah memahami apakah hakikat cahaya Allah itu sesungguhnya, Allah memberi perumpamaan. Perumpamaan ini mungkin tidak sepenuhnya tepat, tetapi menurut Allah inilah yang paling mendekati yang bisa dicerna akal manusia. Cahaya Allah itu, seperti ceruk (مِشْكَاةٍ:), yang di dalamnya ada pelita (مِصْبَاحٌ:), dan pelita itu ada di dalam tabung kaca (زُجَاجَةٍ), yang tabung kacanya itu seperti bintang yang berkilauan ( كَوْكَبٌ دُرِّ ).
Ceruk adalah sedikit lubang di dinding yang tidak sampai tembus ke sebelahnya, yang digunakan untuk menempelkan pelita pada rumah-rumah orang zaman dahulu. Pelita itu ditutupi tabung kaca yang sangat bening, yang jika dilewati cahaya dia akan berkilau sedemikian rupa, memancarkan cahaya dari pelita di dalamnya ke segala penjuru, sehingga menyerupai bintang yang bersinar terang,
(Pelita itu) dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di timur dan tidak pula di barat. Minyaknya saja hampir-hampir menerangi walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya.
Pohon yang diberkahi (مُّبَارَكَةٍ) artinya pohon itu memberikan sesuatu lebih dari yang pernah diharapkan. Pohon yang diberkahi ini adalah pohon zaitun, yang tumbuh tidak di timur dan tidak di barat. Artinya pohon zaitun itu tumbuh sendirian, tidak ada pepohonan lain di sekelilingnya yang akan menghalangi cahaya matahari memapar pohon zaitun tersebut. Dengan demikian, pohon zaitun ini akan mendapatkan cahaya matahari paling maksimal disetiap waktu disepanjang hari, baik saat matahari masih di timur maupun saat matahari sudah di barat. Pohon zaitun yang seperti ini akan menghasilkan buah zaitun yang paling bagus kualitasnya. Jika buah ini diperas, ia akan menghasilkan minyak zaitun yang juga paling bagus kualitasnya. Minyak zaitun inilah yang digunakan sebagai bahan bakar pelita dalam ceruk tadi. Minyaknya ini saja sudah hampir-hampir menyala, terang, meskipun api belum menyentuhnya.
Minyak zaitun adalah minyak yang paling penting bagi orang Arab zaman dulu. Mereka menggunakannya hampir di semua keperluan hidup mereka. Tak ada keluarga Arab yang tak memilikinya.
Kita mengkategorikan minyak dengan istilah flammable, seberapa cepat minyak itu terbakar. Ada minyak yang perlu suhu sangat tinggi untuk terbakar. Ada minyak yang sangat mudah terbakar, highly flammable. Nah, minyak zaitun yang sedang kita bicarakan ini termasuk dalam kategori highly flammabe, sudah hampir terbakar dan menyala walaupun belum disentuh api. Lalu saat dia benar-benar bertemu api, maka dia akan menyala dengan sangat cepat, bercahaya sangat terang dan Allah menamainya cahaya di atas cahaya (نُورٍ عَلَىٰ نُّورٌ). Lalu api itu sendiri akan datang dari mana?
Allah memberi petunjuk kepada cahaya-Nya bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Ceruk, lampu, minyak, dan api yang dibicarakan di atas, semuanya adalah perumpamaan. Perumpamaan untuk apa?
- Ada 'ceruk' dalam tubuh manusia, yaitu rongga dada
- Ada 'pelita' dalam rongga dada manusia, yaitu hati kita
- Hati dalam rongga dada kita itu ditutup oleh 'tabung kaca', yaitu fitrah. Bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, murni, suci, bersih, bening.
- Di dalam hati kita itu ada sesuatu yang sangat murni, yang diberkahi, yang berkahnya terhubung langsung dengan Allah. Sesuatu itu adalah Ruh. Ruh itu murni, diselubungi fitrah yang juga murni. Ruh itu sudah siap menyala terang setiap saat, fitrah pun siap memancarkan cahaya dari nyala ruh tersebut ke segenap penjuru. Hanya tinggal menunggu satu hal saja : API.
Setiap kali sebuah ayat-ayat Al-Qur'an didengar oleh telinga, atau setiap matanya melihat sebuah tanda-tanda kebesaran Allah di sekelilingnya, api itu masuk ke tubuh kita, langsung menyulut ruh dalam hati kita dengan begitu cepat dan membuat ruh itu langsung menyala, memancarkan cahaya terang, menjadi CAHAYA DI ATAS CAHAYA.
Jasmani kita ini, fisik kita ini, terbuat dari sesuatu yang kotor, yaitu tanah. Maka apa yang kita makan harus berasal dari tanah. Sementara Ruh kita ini adalah cahaya, maka makanannya pun harus dari cahaya. Inilah makna dikotomi manusia, bahwa manusia terdiri dari dua bagian, jasmani dan ruhani.
Cahaya di atas cahaya, dapat kita fahami sebagai suatu proses sintesis. Ruhani itu lapar, maka kita memberinya makanan berupa cahaya (Dalam Al-Qur'an, Allah mengenalkan diri-Nya sebagai cahaya, dan Al-Qur'an pun sebagai cahaya). Bisa juga kita memahami bahwa dalam jasmani kita adalah hardware dan ruhani kita adalah software. Software itu baru bisa bekerja sesuai tujuannya, jika dan hanya jika diaktifkan dengan kode khusus. Kode aktivasi itu adalah Allah dan Al-Qur'an.
Satu hal lagi, tabung kaca. Tabung kaca itu digambarkan sangat bening sehingga mampu meneruskan cahaya dari dalam tabung ke luar tabung dengan sempurna, begitu juga sebaliknya. Tapi bagaimana jika tabung kaca itu kotor? Hitam? Maka cahaya dari dalam tak bisa memancar keluar. Dosa, itulah yang akan mengotori tabung kaca.
Allah memberikan perumpamaan ini agar kita selalu menjaga pelita dalam hati kita dan menjaga kebersihan tabung kaca yang menyelubunginya. Sebuah tabung kaca, walaupun tak pernah sengaja dikotori, hanya dibiarkan saja, lama-lama akan tertutup debu juga, Ini adalah tanda bahwa kita harus rajin membersihkan tabung kaca dalam diri kita. Dzikir, berdoa, menjauhi perbuatan-perbuatan maksiat, menjaga lisan, akan membantu kita menjaga kebersihan hati kita.
Ayat 36
"(Cahaya itu) di rumah-rumah yang di sana telah diperintahkan Allah untuk meninggikan dan menyebut nama-Nya, di sana bertasbih (menyucikan) nama-Nya pada waktu pagi dan petang."
Allah menjelaskan tentang masjid, bahwa masjid itu adalah sebuah rumah yang Allah perintahkan untuk meninggikan dan menyebut nama-Nya. Kata تُرْفَعَ: (meninggikan) memberitahu kita tentang 2 hal:
- Bahwa masjid itu seharusnya adalah tempat yang paling menonjol di sebuah kota. Tempat yang paling sering dikunjungi penduduknya, untuk berkumpul dan menyebut nama Allah.Tempat penduduk kota menghabiskan paling banyak waktunya.
- Bahwa masjid itu harus bebas dari pengaruh politik, keserakahan, maksiat, dan 'aktivitas-aktivitas buruk lainnya'. Dengan demikian, maka kota tersebut akan menjadi sebuah tubuh, dan masjid adalah hatinya.
Ini adalah perumpamaan yang sangat halus. Makhluk yang diciptakan Allah dari cahaya adalah malaikat. Dan di beberapa waktu dalam kegelapan pagi dan petang, ada rumah-rumah di bumi, ada masjid-masjid di bumi yang bercahaya sangat terang. Cahaya itu berasal dari hati-hati manusia yang mengingat Allah, dan kini cahaya-cahaya itu berkumpul di rumah-rumah dan di masjid-masjid untuk bersama-sama mengingat Allah, sholat berjamaah, berdzikir dan berdoa. Cahaya di atas cahaya tengah terjadi di rumah-rumah dan masjid-masjid itu. Cahaya itu kini berkumpul, membuat rumah dan masjid tersebut menjadi sangat terang. Dan cahaya itu terlihat sangat gemilang oleh malaikat di atas sana. Itu mengapa tempat yang paling bersinar di bumi jika dilihat dari langit adalah Masjidil Haram di Mekah. Bayangkan ada jutaan cahaya di atas cahaya tengah terjadi di sana. Jutaan orang bertasbih memuji nama Allah, jutaan orang sholat berjamaah, jutaan orang berdzikir dan berdoa.
Itu jugalah alasan mengapa ada hadist yang mengatakan bahwa sebaik-baik tempat di muka bumi adalah Masjid, tempat yang di sana banyak disebut nama Allah.
Jadi, cahaya di atas cahaya itu adalah kita. Kita semua, manusia seluruhnya, berpotensi besar menjadi cahaya di atas cahaya. Yang perlu kita lakukan adalah membersihkan tabung kaca yang menyelubungi hati kita, membuka telinga dan mata untuk memasukkan 'api' ke dalam hati kita, selebihnya kita mohon agar Allah menuntun kita kepada cahaya-Nya. Karena Allah memberi petunjuk kepada cahaya-Nya bagi siapa yang Dia kehendaki.
Komentar
Posting Komentar