Disarikan dari ceramah Nouman Ali Khan dalam :
"Keenam video di atas berasal dari satu sesi ceramah. Diunggah ke youtube oleh orang yang berbeda dengan penekanan yang berbeda, terlihat dari durasi masing-masing video dan scene topik yang diambil."
Bagian 1 silahkan ke link Al-Mu'minun
Bagian 2 silahkan ke link 'Ibaadur-rahman
(Minimum Level) Karakteristik Minimum : Al-Mushalliin
Karakteristik ini dijelaskan dalam Al-Qur'an Surat Al-Ma'arij (70) ayat 22 - 35:
 Sumber tabel : http://islamagamauniversal.wordpress.com/db_cover/e_qs_070/
Inilah karakteristik minimum orang-orang yang beriman : Al-Mushalliin, orang-orang yang konstan dalam sholat. Siapapun yang sholat, punya kesempatan besar masuk kategori ini. Konstan berarti tetap tidak berubah dan terus menerus.
Sebelum Allah menjelaskan siapa yang berhak masuk kategori Al-Mushalliin ini dan bagaimana ciri-cirinya, Allah memberikan pengantar di tiga ayat sebelumnya, yaitu ayat 19 - 21 :
 Sumber tabel : http://islamagamauniversal.wordpress.com/db_cover/e_qs_070/
Manusia diciptakan Allah dengan membawa potensi haluu'a, yaitu cenderung memberi respon yang tidak sesuai dengan kondisi yang ada. Overly Inappropriately Reactionary. Bad reaction to any circumstances. Cenderung tidak memberikan respon terbaik.
Saat diberi kondisi sulit, manusia cenderung menjadi jazuu'a, yaitu menjadi tidak sabar, kehilangan harapan, menggerutu, putus asa, berpikiran negatif, jengkel, kesel, cemberut, marah meledak-ledak, bertanduk, berubah menjadi 'setan', berubah menjadi 'orang lain' yang tidak lagi dikenali oleh orang-orang yang sebelumnya sangat dekat dengannya sampai-sampai mereka takut mendekat dan takut mengajak bicara. Overly negative reactions.
Saat diberi kondisi baik, manusia cenderung menjadi manuu'a, yaitu menyimpannya untuk diri sendiri alias pelit alias egois. Tidak mau berbagi. Takut ada yang minta. Bahkan sengaja melakukan sesuatu sehingga orang lain pun tidak mendapatkan kebaikan dan kemudahan yang sama. Egois. Sangat egois. Untuk menggambarkan betapa parahnya potensi egois yang sanggup dimiliki seorang manusia, Allah memberikan gambaran di ayat sebelumnya, yaitu ayat 11 - 14 :
Sumber tabel : http://islamagamauniversal.wordpress.com/db_cover/e_qs_070/
Allah menggambarkan, saking egoisnya manusia itu, nanti di hari perhitungan, ada yang sampai menawarkan anaknya, istrinya, saudaranya, keluarga yang dulu melindunginya di dunia, bahkan seluruh manusia yang pernah hidup di dunia, untuk menebus dirinya dari siksa azab neraka. "Biarkan mereka masuk neraka, asalkan saya selamat," begitu kira-kira.
Bayangkan, bagaimana seseorang sanggup mengorbankan anaknya sendiri untuk menebus keselamatan dirinya. Bukankah biasanya justru orang tua yang rela menukar nyawanya demi keselamatan anaknya? Ini terbalik!
Istri, di ayat ini Allah menggunakan kata shaahibatihi dan buka kata zaujihi yang juga berarti istri. Shaahibatihi berarti istri yang sangat dia cintai yang selalu bersama-sama dengannya selama hidup di dunia. Ini seakar kata dengan kata Shahabah, yaitu sebutan untuk orang-orang dekat Nabi Muhammad SAW, yang dicintai beliau dan selalu bersama-sama beliau semasa beliau hidup. Kita menyebutnya para sahabat.
Dia bahkan berniat menukar saudaranya dan seluruh anggota keluarganya, walaupun selama di dunia dulu, saudara dan anggota keluarga itulah yang selalu menolongnya dari kesulitan, yang selalu membela dan melindunginya dari ancaman dan bahaya apapun.
Bahkan saking egoisnya, dia berharap, kalau memang bisa biarlah seluruh manusia yang pernah hidup di dunia masuk neraka, demi bisa membebaskan dirinya dari siksa api neraka.
Di ayat 11, orang-orang yang sangat egois itu tidak disebut sebagai al-kafiruun, orang kafir, tapi sebagai al-mujrimun, orang-orang yang berdosa.
Di ayat 19, mereka yang memiliki potensi haluu'a (jazuu'a dan manuu'a) itu juga bukan al-kafiruun, orang-orang kafir, tetapi al-insaana, manusia.
Artinya setiap individu manusia memiliki potensi jazuu'a dan manuu'a yang sanggup mengantarkannya menjadi orang-orang yang berdosa.
Ilaal mushalliin (22), kecuali orang-orang yang sholat
Hanya orang yang sholat yang memiliki kemungkinan terhindar dari sifat haluu'a. Artinya, kita baru bisa masuk kategori Al-Mushaaliin jika dan hanya jika sholat kita sudah bisa membuat kita terhindar dari sifat 
jazuu'a dan manuu'a. Jika kita sholat tapi masih jazuu'a, jika kita sholat tapi masih manuu'a, berarti ada yang salah dengan sholat kita.
Lagi, Al-Mushalliin, adalah kata benda (noun). Kata benda (noun) dalam linguistik Arab memiliki sifat permanen dan tak lekang oleh waktu. Artinya, orang yang masuk kategori ini adalah mereka yang bukan sekedar sholat, tetapi mereka yang konstan dalam sholatnya. Mereka menjaga sholatnya, setiap hari, terus-menerus.
Al-ladziina hum 'ala shalaatihim daa-imuun (23), yang mereka itu tetap mengerjakan shalat-nya terus-menerus
Ditekankan sekali lagi di ayat ini dengan kata daa-imuun yang artinya konstan, tetap tidak berubah, terus menerus. Al-Mushallin adalah mereka yang sholat dan selalu menjaga sholatnya secara konstan.
Ada dua cara menjaga sholat:
Waal-ladziina fii amwaalihim haqqun ma'luumun (24) Li-ssaa-ili wal mahruum (25), dan orang-orang yang dalam hartanya, tersedia bagian tertentu (untuk dinafkahkan) bagi orang (miskin) yang meminta, dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta)
Al-Mushalliin itu sholatnya dijaga, sehingga jika dia mendapatkan kebaikan berupa harta, dia tidak lagi pelit, kikir dan egois. Dia secara sadar meredam potensi manuu'a dalam dirinya, karena dia tahu manuu'a akan mengantarkannya menjadi al-mujrimun, orang-orang yang berdosa. Harta itu akan dia alokasikan sehingga ada bagian untuk membantu orang-orang disekitarnya yang minta bantuan kepadanya maupun mereka yang tidak secara langsung minta bantuan kepadanya. Dia memberi kepada orang tuanya, saudara-saudaranya, kaum kerabatnya, tetangga-tetangganya,dan teman-temannya.
Dan dia melakukan hal itu secara konstan : siap membantu siapapun dengan hartanya dan tidak menolak siapapun yang minta bantuan kepadanya. Constantly thinking about giving money to other person.
Kata penghubung yang digunakan antara topik sholat dan harta ini adalah kata wa, yang artinya 'dan'. Kita tahu jika ada kalimat 'A dan B', maka artinya keduanya harus terpenuhi, tidak bisa salah satu. Jika kalimatnya 'A atau B', baru boleh salah satu. Jadi kalau sholat tapi masih pelit dengan harta, maka belum bisa masuk ke golongan Al-Mushallin.
Waal-ladziina yushaddiquuna biyaumiddiin (26), Waal-ladziina hum min 'adzaabi rabbihim musyfiquun (27), Inna 'adzaaba rabbihim ghairu ma'muunin (28) : dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan, dan orang-orang yang takut terhadap azab Rabb-nya, Karena sesungguhnya azab Rabb-mereka, tidak dapat orang merasa aman (dari kedatangannya)
Al-Mushallin adalah mereka yang secara konstan menjaga sholatnya dan secara konstan berbagi harta dengan orang lain, sebagai bukti betapa yakinnya dia dengan kebenaran akan datangnya hari pembalasan (yaumiddiin). Dia sangat takut akan azab Allah bagi al-mujrimun (orang-orang berdosa) sehingga dia bersungguh-sungguh menjaga dirinya agar tidak masuk golongan al-mujrimun. Dia tahu bahwa tak ada seorang manusia (al-insan) pun yang dijamin aman dari azab itu karena semua manusia diciptakan dengan membawa potensi haluu'a (jazuu'a dan manuu'a).
Dan orang-orang yang memelihara kemaluan-nya (29), kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak-budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tidak tercela (30), Barangsiapa mencari yang di balik itu (berzina), maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas (31)
Era saat ini adalah era di mana kemaluan dibuka sangat luas melalui industri multi-milyar dollar, industri pornografi. Setiap hari, kita, bahkan anak-anak kita, terpapar dengan industri pornografi di mana-mana, di televisi, di majalah, di hp, di ipad, di komputer, di internet, di papan reklame-spanduk-baliho di sepanjang jalan. Inilah perang terbesar abad ini, perang melawan pornografi. Perang yang jauh lebih berbahaya daripada perang militer. Perang yang bukan melukai jasmani kita, tapi melukai psikologis kita. Awalnya mungkin kita klik sana klik sini di depan layar komputer di internet untuk mencari sesuatu yang 'berguna', tapi lama-lama akhirnya kita terjebak menonton sesuatu yang menjijikan, 'sampah', pornografi. Ini kita belum bicara tentang zina, baru pemicunya. Pornografi adalah pemicu zina.
Memulihkan pecandu pornografi menjadi suatu tantangan besar. Ini penyakit yang sangat sulit disembuhkan. Pornografi menghancurkan psikologis kita, menghancurkan hati kita, menghancurkan iman kita. Hanya individu-individu yang sungguh-sungguh saja yang bisa menghindari pornografi. Mulai dari berhenti menonton film bollywood, berhenti menonton film hollywood, berhenti berlangganan majalah dewasa, berhenti berbagi foto porno atau video mesum. Tutup semua pintu yang mengarah ke sana.
Kita sedang berada di ciri-ciri Al-Mushalliin, ingat? Kita sedang membicarakan karakteristik minimum seseorang yang mengaku beriman. Kita tidak sedang membicarakan karakteristik 'ibaadur-rahman atau Al-Mu'minun yang ekspektasinya lebih tinggi. Untuk dua golongan itu, menghindari pornografi mungkin jauh lebih mudah karena tingkat keimanan mereka sudah lebih tinggi dan matang. Tapi kita sedang membicarakan level terendah, level minimum, al-mushalliin. Al-Mushallin harus bisa menjaga kemaluannya, menjaga diri dan hawa nafsunya dari pornografi dan zina.
Allah menyediakan pintu yang halal untuk al-mushallin menyalurkan nafsu syahwatnya, pintu itu adalah pasangan-pasangan mereka, yang mereka menikah dengannya secara sah di mata Allah. Barangsiapa yang tidak menyalurkannya ke pintu yang halal (misalnya zina, lesbian, gay dlsb), maka mereka sudah melampau batas, masuk dalam golongan al-mujrimun, orang-orang yang berdosa.
Tips mengindari pornografi adalah bersibuklah dalam hal-hal baik, be bussy in good stuff. Jangan sering sendirian, bertemanlah dengan orang-orang yang melakukan hal-hal baik. Kalau sendirian, sangat mudah digoda syetan. Kalau ada komputer di rumah yang tersambung ke internet, tempatkanlah di tempat terbuka yang bisa dilihat oleh seluruh anggota keluarga, sehingga sesama anggota keluarga bisa saling menjaga dan menasehati.
Lagi, kata penghubung yang digunakan antara topik sholat, harta, dan menjaga kemaluan adalah kata wa, yang berarti 'dan'. Bukan au yang berarti 'atau'. Maka Al-Mushallin adalah mereka yang secara konstan menjaga sholatnya dan membagi hartanya dan menjaga kemaluannya. Ketiga-tiganya harus masuk, tidak bisa salah satu saja.
Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janji-nya
Membicarakan amanat dan janji adalah membicarakan etika, moral. Perbuatan kita secara hukum mungkin saja betul, tapi hati kita lebih tahu apakah secara etika perbuatan itu benar-benar betul atau tidak. Hati kita seumpama minyak yang diberkahi yang mendapat cahaya Allah secara langsung, lihat artikel cahaya di atas cahaya, oleh karena itu hati kita akan selalu berkata jujur dan tidak akan mampu berbohong. Jika kita berbuat salah, tapi kita tidak mendengarkan kata hati kita dan terus berbuat salah, maka sebenarnya kita sedang mengotori tabung kaca yang menyelubungi hati kita itu.
Jika mendapat amanat menjadi seorang akuntan, maka jujurlah. Jika dalam kontrak kerja disebutkan gaji kita sekian, bonus kita sekian kali, maka pastikan tidak lebih dari sekian sekian itulah yang kita terima. Jika lebih tanpa bisa dipertanggungjawabkan, maka berhati-hatilah. Jangan-jangan itu akan membuat kita menjadi pengkhianat amanat.
Terhadap janji yang dibuatnya, Al-Mushalliin agar berusaha sekuat tenaga menepatinya.
Korupsi, yang kini melanda hampir di seluruh negeri berpenduduk mayoritas muslim, pasti berawal dari sholat yang tidak terjaga. Sholat yang rusak. Akibatnya sholat itu tidak mampu menjadikan pelaku korupsi tersebut memelihara janji sumpah jabatannyan dan amanat-amanat yang diembannya.
Surat Al-Ma'arij termasuk surat Makkiyah. Turun di saat hukum-hukum Islam seperti hukum rajam untuk pezina, hukum potong tangan bagi pencuri, perintah berhijab-berjilbab-berkhimar, larangan khamr (dlsb) belum ada. Artinya, di surat ini Allah ingin menekankan tentang etika dan moral seorang yang mengaku beriman, yaitu rasa malu. Malu jika kemaluannya terbuka, malu jika mengkhianati amanat, malu jika tidak menepati janji.
Lagi, kata penghubung yang digunakan antara topik sholat, harta, menjaga kemaluan, dan menjaga amanat serta janji, adalah kata wa, yang berarti 'dan'. Bukan au yang berarti 'atau'. Maka Al-Mushallin adalah mereka yang secara konstan menjaga sholatnya dan membagi hartanya dan menjaga kemaluannya dan menjaga amanat yang diembannya dan menepati janjinya. Kelima-limanya harus masuk, tidak bisa salah satu saja.
Dan orang-orang yang menegakkan syahadatnya
Al-Mushalliin adalah mereka yang benar-benar menjaga syahadatnya. Mereka selalu berhati-hati menjaga lisan, pikiran, perkataan dan perbuatan, agar tidak menyebabkan dia menjadi murtad tanpa dia sadari.
Lagi, kata penghubung yang digunakan antara topik sholat, harta, menjaga kemaluan, menjaga amanat, menjaga janji, dan menegakkan syahadat adalah kata wa, yang berarti 'dan'. Bukan au yang berarti 'atau'. Maka Al-Mushallin adalah mereka yang secara konstan : menjaga sholatnya dan membagi hartanya dan menjaga kemaluannya dan menjaga amanatnya dan menjaga janji dan menjaga syahadatnya. Keenam-enamnya harus masuk, tidak bisa salah satu saja.
Dan orang-orang yang memelihara shalatnya
Allah mengenalkan daftar karakteristik golongan Al-Mushallin dengan awalan sholat dan kini diakhiri dengan sholat. Inilah penekanannya : Al-Mushallin adalah mereka yang terus menerus sholat dan konstan menjaga sholatnya sehingga mentransformasi dirinya menjadi pribadi yang lebih baik. Orang-orang disekitarnya akan mengenalinya dengan ciri-ciri :
Sholat adalah ultimate dzikr, dzikir tertinggi seorang hamba. Bahkan Musa pun diperintah sholat saat pertama kali bertemu Allah di bukit Thursina. Surat Thaahaa (20) ayat 14 : "Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada sesembahan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat, untuk mengingat Aku."
Mereka itu (kekal tinggal) di surga, lagi dimuliakan
Balasan untuk Al-Mushallin adalah surga, dan mereka mendapatkan kedudukan yang terhormat di sana. Di mana saja di surga dan oleh seluruh penghuni surga, al-mushalliin akan selalu dihormati.
Inilah karakteristik minimum yang harus dimiliki seorang hamba yang mengaku beriman, Al-Mushalliin. MINIMUM!!!
Apa kita sudah bisa masuk dalam golongan ini? Harus bisa!
Jika belum masuk juga, kita sedang dalam bahaya besar! Kita berada di tepi jurang neraka, kita calon-calon al-mujrimun, orang-orang yang berdosa.
WAKE UP! Segera bangun, sadarkan diri, perbanyak ilmu, dan perbaiki sholat. Mudah-mudahan Allah menuntun kita kepada cahaya-Nya.
- *FULL* A Night Of Inspiration + Q&A ~ Nouman Ali Khan!!
- Full - A Night of Inspiration - Nouman Ali Khan + Q & A
- A Night of Inspiration - Nouman Ali Khan
- *FULL* A Night Of Inspiration + Q&A ~ Nouman Ali Khan!!
- PORN will VIOLATE your SOUL ~ Nouman Ali Khan ~ POWERFUL reminder!!!
- Are You a Reactionary Person? - Nouman Ali Khan
"Keenam video di atas berasal dari satu sesi ceramah. Diunggah ke youtube oleh orang yang berbeda dengan penekanan yang berbeda, terlihat dari durasi masing-masing video dan scene topik yang diambil."
Bagian 1 silahkan ke link Al-Mu'minun
Bagian 2 silahkan ke link 'Ibaadur-rahman
(Minimum Level) Karakteristik Minimum : Al-Mushalliin
Karakteristik ini dijelaskan dalam Al-Qur'an Surat Al-Ma'arij (70) ayat 22 - 35:
| 
022 | 
"kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat," – (QS.70:22) | 
إِلا الْمُصَلِّينَ | 
| 
Ilaal mushalliin(a) | ||
| 
"yang mereka itu tetap mengerjakan shalat-nya terus-menerus" – (QS.70:23) | 
الَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلاتِهِمْ دَائِمُونَ | |
| 
Al-ladziina hum 'ala shalaatihim daa-imuun(a) | ||
| 
"dan orang-orang yang dalam hartanya, tersedia bagian tertentu (untuk dinafkahkan,)" – (QS.70:24) | 
وَالَّذِينَ فِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ مَعْلُومٌ | |
| 
Waal-ladziina fii amwaalihim haqqun ma'luumun | ||
| 
"bagi orang (miskin) yang meminta, dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta)," – (QS.70:25) | 
لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ | |
| 
Li-ssaa-ili wal mahruum(i) | ||
| 
"dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan," – (QS.70:26) | 
وَالَّذِينَ يُصَدِّقُونَ بِيَوْمِ الدِّينِ | |
| 
Waal-ladziina yushaddiquuna biyaumiddiin(i) | ||
| 
"dan orang-orang yang takut terhadap azab Rabb-nya." – (QS.70:27) | 
وَالَّذِينَ هُمْ مِنْ عَذَابِ رَبِّهِمْ مُشْفِقُونَ | |
| 
Waal-ladziina hum min 'adzaabi rabbihim musyfiquun(a) | ||
| 
"Karena sesungguhnya azab Rabb-mereka, tidak dapat orang merasa aman (dari kedatangannya)." – (QS.70:28) | 
إِنَّ عَذَابَ رَبِّهِمْ غَيْرُ مَأْمُونٍ | |
| 
Inna 'adzaaba rabbihim ghairu ma'muunin | ||
| 
"Dan orang-orang yang memelihara kemaluan-nya," – (QS.70:29) | 
وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ | |
| 
Waal-ladziina hum lifuruujihim haafizhuun(a) | ||
| 
"kecuali terhadap istri-istri mereka atau 
budak-budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini 
tidak tercela." – (QS.70:30) | 
إِلا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ | |
| 
Ilaa 'ala azwaajihim au maa malakat aimaanuhum fa-innahum ghairu maluumiin(a) | ||
| 
"Barangsiapa mencari yang di balik itu (berzina), maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas." – (QS.70:31) | 
فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ | |
| 
Famaniibtagha waraa-a dzalika fa-uula-ika humul 'aaduun(a) | ||
| 
"Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janji-nya." – (QS.70:32) | 
وَالَّذِينَ هُمْ لأمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ | |
| 
Waal-ladziina hum amaanaatihim wa'ahdihim raa'uun(a) | ||
| 
"Dan orang-orang yang menegakkan syahadatnya)." – (QS.70:33) | 
وَالَّذِينَ هُمْ بِشَهَادَاتِهِمْ قَائِمُونَ | |
| 
Waal-ladziina hum bisyahaadaatihim qaa-imuun(a) | ||
| 
"Dan orang-orang yang memelihara shalatnya." – (QS.70:34) | 
وَالَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلاتِهِمْ يُحَافِظُونَ | |
| 
Waal-ladziina hum 'ala shalaatihim yuhaafizhuun(a) | ||
| 
"Mereka itu (kekal tinggal) di surga, lagi dimuliakan." – (QS.70:35) | 
أُولَئِكَ فِي جَنَّاتٍ مُكْرَمُونَ | |
| 
Uula-ika fii jannaatin mukramuun(a) | 
Inilah karakteristik minimum orang-orang yang beriman : Al-Mushalliin, orang-orang yang konstan dalam sholat. Siapapun yang sholat, punya kesempatan besar masuk kategori ini. Konstan berarti tetap tidak berubah dan terus menerus.
Sebelum Allah menjelaskan siapa yang berhak masuk kategori Al-Mushalliin ini dan bagaimana ciri-cirinya, Allah memberikan pengantar di tiga ayat sebelumnya, yaitu ayat 19 - 21 :
| 
019 | 
"Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah, lagi kikir." – (QS.70:19) | 
إِنَّ الإنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا | 
| 
Inna-insaana khuliqa haluu'an | ||
| 
"Apabila ia ditimpa kesusahan, (maka) ia berkeluh kesah," – (QS.70:20) | 
إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا | |
| 
Idzaa massahusy-syarru jazuu'an | ||
| 
"dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir," – (QS.70:21) | 
وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا | |
| 
Wa-idzaa massahul khairu manuu'an | 
Manusia diciptakan Allah dengan membawa potensi haluu'a, yaitu cenderung memberi respon yang tidak sesuai dengan kondisi yang ada. Overly Inappropriately Reactionary. Bad reaction to any circumstances. Cenderung tidak memberikan respon terbaik.
Saat diberi kondisi sulit, manusia cenderung menjadi jazuu'a, yaitu menjadi tidak sabar, kehilangan harapan, menggerutu, putus asa, berpikiran negatif, jengkel, kesel, cemberut, marah meledak-ledak, bertanduk, berubah menjadi 'setan', berubah menjadi 'orang lain' yang tidak lagi dikenali oleh orang-orang yang sebelumnya sangat dekat dengannya sampai-sampai mereka takut mendekat dan takut mengajak bicara. Overly negative reactions.
Saat diberi kondisi baik, manusia cenderung menjadi manuu'a, yaitu menyimpannya untuk diri sendiri alias pelit alias egois. Tidak mau berbagi. Takut ada yang minta. Bahkan sengaja melakukan sesuatu sehingga orang lain pun tidak mendapatkan kebaikan dan kemudahan yang sama. Egois. Sangat egois. Untuk menggambarkan betapa parahnya potensi egois yang sanggup dimiliki seorang manusia, Allah memberikan gambaran di ayat sebelumnya, yaitu ayat 11 - 14 :
| 
011 | 
"Sedang mereka saling melihat. Orang-orang yang berdosa ingin, 
kalau sekiranya dia dapat menebus (dirinya) dari azab hari itu, dengan 
anak-anaknya." – (QS.70:11) | 
يُبَصَّرُونَهُمْ يَوَدُّ الْمُجْرِمُ لَوْ يَفْتَدِي مِنْ عَذَابِ يَوْمِئِذٍ بِبَنِيهِ | 
| 
Yubash-sharuunahum yawaddul mujrimu lau yaftadii min 'adzaabi yaumi-idzin bibaniih(i) | ||
| 
"Dan istrinya dan saudaranya," – (QS.70:12) | 
وَصَاحِبَتِهِ وَأَخِيهِ | |
| 
Washaahibatihi wa-akhiih(i) | ||
| 
"Dan kaum familinya yang melindunginya (di dunia)." – (QS.70:13) | 
وَفَصِيلَتِهِ الَّتِي تُؤْوِيهِ | |
| 
Wafashiilati-hillatii tu'wiih(i) | ||
| 
"Dan orang-orang di atas bumi seluruhnya, kemudian (mengharapkan) tebusan itu dapat menyelamatkan-nya." – (QS.70:14) | 
وَمَنْ فِي الأرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ يُنْجِيهِ | |
| 
Waman fiil ardhi jamii'an tsumma yunjiih(i) | 
Allah menggambarkan, saking egoisnya manusia itu, nanti di hari perhitungan, ada yang sampai menawarkan anaknya, istrinya, saudaranya, keluarga yang dulu melindunginya di dunia, bahkan seluruh manusia yang pernah hidup di dunia, untuk menebus dirinya dari siksa azab neraka. "Biarkan mereka masuk neraka, asalkan saya selamat," begitu kira-kira.
Bayangkan, bagaimana seseorang sanggup mengorbankan anaknya sendiri untuk menebus keselamatan dirinya. Bukankah biasanya justru orang tua yang rela menukar nyawanya demi keselamatan anaknya? Ini terbalik!
Istri, di ayat ini Allah menggunakan kata shaahibatihi dan buka kata zaujihi yang juga berarti istri. Shaahibatihi berarti istri yang sangat dia cintai yang selalu bersama-sama dengannya selama hidup di dunia. Ini seakar kata dengan kata Shahabah, yaitu sebutan untuk orang-orang dekat Nabi Muhammad SAW, yang dicintai beliau dan selalu bersama-sama beliau semasa beliau hidup. Kita menyebutnya para sahabat.
Dia bahkan berniat menukar saudaranya dan seluruh anggota keluarganya, walaupun selama di dunia dulu, saudara dan anggota keluarga itulah yang selalu menolongnya dari kesulitan, yang selalu membela dan melindunginya dari ancaman dan bahaya apapun.
Bahkan saking egoisnya, dia berharap, kalau memang bisa biarlah seluruh manusia yang pernah hidup di dunia masuk neraka, demi bisa membebaskan dirinya dari siksa api neraka.
Di ayat 11, orang-orang yang sangat egois itu tidak disebut sebagai al-kafiruun, orang kafir, tapi sebagai al-mujrimun, orang-orang yang berdosa.
Di ayat 19, mereka yang memiliki potensi haluu'a (jazuu'a dan manuu'a) itu juga bukan al-kafiruun, orang-orang kafir, tetapi al-insaana, manusia.
Artinya setiap individu manusia memiliki potensi jazuu'a dan manuu'a yang sanggup mengantarkannya menjadi orang-orang yang berdosa.
Ilaal mushalliin (22), kecuali orang-orang yang sholat
|  | 
| sumber gambar : artflakes.com | 
jazuu'a dan manuu'a. Jika kita sholat tapi masih jazuu'a, jika kita sholat tapi masih manuu'a, berarti ada yang salah dengan sholat kita.
Lagi, Al-Mushalliin, adalah kata benda (noun). Kata benda (noun) dalam linguistik Arab memiliki sifat permanen dan tak lekang oleh waktu. Artinya, orang yang masuk kategori ini adalah mereka yang bukan sekedar sholat, tetapi mereka yang konstan dalam sholatnya. Mereka menjaga sholatnya, setiap hari, terus-menerus.
Al-ladziina hum 'ala shalaatihim daa-imuun (23), yang mereka itu tetap mengerjakan shalat-nya terus-menerus
Ditekankan sekali lagi di ayat ini dengan kata daa-imuun yang artinya konstan, tetap tidak berubah, terus menerus. Al-Mushallin adalah mereka yang sholat dan selalu menjaga sholatnya secara konstan.
Ada dua cara menjaga sholat:
- Menjadikan sholat sebagai pilar terpenting dalam hidup.
 Hidup Al-Mushollin ibarat gedung dengan lima pilar (5 waktu sholat wajib). Al-Mushalliin tahu betul, bahwa kelima pilar itu tidak boleh diubah atau digeser sedikitpun. Jika kelima pilar itu diubah atau digeser, maka bangunan itu akan runtuh, hidupnya akan goyah, psikologisnya akan terganggu. Karena itu Al-Mushalliin selalu menjaga waktu sholatnya. Dia akan menjadwalkan semua aktivitas non-sholat ke waktu-waktu di antara waktu sholat. Tidak ada yang boleh menabrak waktu sholat. Menabrak waktu sholat sama dengan meruntuhkan pilar bangunan. Jadwal rapat, jadwal konsultasi, jadwal makan, jadwal belajar, jadwal berdagang, jadwal menulis, jadwal tidur, jadwal bepergian, jadwal apapun, tak ada satupun yang boleh menabrak, menggeser atau mengubah waktu dia untuk sholat.
 Ini berarti Al-Mushallin selalu menjaga sholat di awal waktu. Begitu panggilan azan terdengar, dia langsung meninggalkan apapun yang sedang dikerjakannya, untuk sholat. Sholat dhuhur lima menit sebelum ashar, bukan kategori menjaga sholat. Mendengar azan tapi 'nanti dulu lah, tanggung', juga bukan kategori menjaga sholat. Yang digeser bukan waktu sholatnya, tapi aktivitas lain selain sholatlah yang digeser.
 Orang sering mengeluh terlambat bangun sehingga terlambat sholat fajr dan sholat subuh. Padahal biasanya, penyebab terlambat bangun itu sudah bisa diperkirakan : karena tidurnya telat, tidurnya kemalaman. Sesuatu yang sudah bisa diperkirakan, tapi masih nekat dilakukan, masih nekat dibiasakan, bukan lagi menjaga sholat namanya.
 Al-Mushallin juga lebih suka sholatnya berjamaah di masjid, sebab sholat berjamaah di masjid sangat membantunya menjaga waktu sholat. Jika seseorang sendirian, godaan syetan untuk menunda sholat selalu lebih besar daripada jika dia berjamaah.
- Memahami apa yang dibaca selama sholat 
 Untuk bisa memahami bacaan sholat kita, kita perlu ilmu. Maka Al-Mushalliin adalah mereka yang selalu menyediakan waktu khusus untuk menambah ilmu yang akan makin mendekatkan dirinya kepada Allah. Waktu khusus untuk membaca Al-Qur'an (tilawah), menghafal Al-Qur'an, mempelajari tafsir Al-Qur'an, dan mempelajari bahasa Arab. Banyak kata-kata bahasa Arab yang tidak bisa diwakili oleh bahasa apapun. Banyak keajaiban-keajaiban linguistik dalam Al-Qur'an yang hanya bisa dikenali dengan mengenali bahasa Arab.
Waal-ladziina fii amwaalihim haqqun ma'luumun (24) Li-ssaa-ili wal mahruum (25), dan orang-orang yang dalam hartanya, tersedia bagian tertentu (untuk dinafkahkan) bagi orang (miskin) yang meminta, dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta)
Al-Mushalliin itu sholatnya dijaga, sehingga jika dia mendapatkan kebaikan berupa harta, dia tidak lagi pelit, kikir dan egois. Dia secara sadar meredam potensi manuu'a dalam dirinya, karena dia tahu manuu'a akan mengantarkannya menjadi al-mujrimun, orang-orang yang berdosa. Harta itu akan dia alokasikan sehingga ada bagian untuk membantu orang-orang disekitarnya yang minta bantuan kepadanya maupun mereka yang tidak secara langsung minta bantuan kepadanya. Dia memberi kepada orang tuanya, saudara-saudaranya, kaum kerabatnya, tetangga-tetangganya,dan teman-temannya.
Dan dia melakukan hal itu secara konstan : siap membantu siapapun dengan hartanya dan tidak menolak siapapun yang minta bantuan kepadanya. Constantly thinking about giving money to other person.
Kata penghubung yang digunakan antara topik sholat dan harta ini adalah kata wa, yang artinya 'dan'. Kita tahu jika ada kalimat 'A dan B', maka artinya keduanya harus terpenuhi, tidak bisa salah satu. Jika kalimatnya 'A atau B', baru boleh salah satu. Jadi kalau sholat tapi masih pelit dengan harta, maka belum bisa masuk ke golongan Al-Mushallin.
Waal-ladziina yushaddiquuna biyaumiddiin (26), Waal-ladziina hum min 'adzaabi rabbihim musyfiquun (27), Inna 'adzaaba rabbihim ghairu ma'muunin (28) : dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan, dan orang-orang yang takut terhadap azab Rabb-nya, Karena sesungguhnya azab Rabb-mereka, tidak dapat orang merasa aman (dari kedatangannya)
Al-Mushallin adalah mereka yang secara konstan menjaga sholatnya dan secara konstan berbagi harta dengan orang lain, sebagai bukti betapa yakinnya dia dengan kebenaran akan datangnya hari pembalasan (yaumiddiin). Dia sangat takut akan azab Allah bagi al-mujrimun (orang-orang berdosa) sehingga dia bersungguh-sungguh menjaga dirinya agar tidak masuk golongan al-mujrimun. Dia tahu bahwa tak ada seorang manusia (al-insan) pun yang dijamin aman dari azab itu karena semua manusia diciptakan dengan membawa potensi haluu'a (jazuu'a dan manuu'a).
Dan orang-orang yang memelihara kemaluan-nya (29), kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak-budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tidak tercela (30), Barangsiapa mencari yang di balik itu (berzina), maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas (31)
Era saat ini adalah era di mana kemaluan dibuka sangat luas melalui industri multi-milyar dollar, industri pornografi. Setiap hari, kita, bahkan anak-anak kita, terpapar dengan industri pornografi di mana-mana, di televisi, di majalah, di hp, di ipad, di komputer, di internet, di papan reklame-spanduk-baliho di sepanjang jalan. Inilah perang terbesar abad ini, perang melawan pornografi. Perang yang jauh lebih berbahaya daripada perang militer. Perang yang bukan melukai jasmani kita, tapi melukai psikologis kita. Awalnya mungkin kita klik sana klik sini di depan layar komputer di internet untuk mencari sesuatu yang 'berguna', tapi lama-lama akhirnya kita terjebak menonton sesuatu yang menjijikan, 'sampah', pornografi. Ini kita belum bicara tentang zina, baru pemicunya. Pornografi adalah pemicu zina.
Memulihkan pecandu pornografi menjadi suatu tantangan besar. Ini penyakit yang sangat sulit disembuhkan. Pornografi menghancurkan psikologis kita, menghancurkan hati kita, menghancurkan iman kita. Hanya individu-individu yang sungguh-sungguh saja yang bisa menghindari pornografi. Mulai dari berhenti menonton film bollywood, berhenti menonton film hollywood, berhenti berlangganan majalah dewasa, berhenti berbagi foto porno atau video mesum. Tutup semua pintu yang mengarah ke sana.
Kita sedang berada di ciri-ciri Al-Mushalliin, ingat? Kita sedang membicarakan karakteristik minimum seseorang yang mengaku beriman. Kita tidak sedang membicarakan karakteristik 'ibaadur-rahman atau Al-Mu'minun yang ekspektasinya lebih tinggi. Untuk dua golongan itu, menghindari pornografi mungkin jauh lebih mudah karena tingkat keimanan mereka sudah lebih tinggi dan matang. Tapi kita sedang membicarakan level terendah, level minimum, al-mushalliin. Al-Mushallin harus bisa menjaga kemaluannya, menjaga diri dan hawa nafsunya dari pornografi dan zina.
Allah menyediakan pintu yang halal untuk al-mushallin menyalurkan nafsu syahwatnya, pintu itu adalah pasangan-pasangan mereka, yang mereka menikah dengannya secara sah di mata Allah. Barangsiapa yang tidak menyalurkannya ke pintu yang halal (misalnya zina, lesbian, gay dlsb), maka mereka sudah melampau batas, masuk dalam golongan al-mujrimun, orang-orang yang berdosa.
Tips mengindari pornografi adalah bersibuklah dalam hal-hal baik, be bussy in good stuff. Jangan sering sendirian, bertemanlah dengan orang-orang yang melakukan hal-hal baik. Kalau sendirian, sangat mudah digoda syetan. Kalau ada komputer di rumah yang tersambung ke internet, tempatkanlah di tempat terbuka yang bisa dilihat oleh seluruh anggota keluarga, sehingga sesama anggota keluarga bisa saling menjaga dan menasehati.
Lagi, kata penghubung yang digunakan antara topik sholat, harta, dan menjaga kemaluan adalah kata wa, yang berarti 'dan'. Bukan au yang berarti 'atau'. Maka Al-Mushallin adalah mereka yang secara konstan menjaga sholatnya dan membagi hartanya dan menjaga kemaluannya. Ketiga-tiganya harus masuk, tidak bisa salah satu saja.
Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janji-nya
Membicarakan amanat dan janji adalah membicarakan etika, moral. Perbuatan kita secara hukum mungkin saja betul, tapi hati kita lebih tahu apakah secara etika perbuatan itu benar-benar betul atau tidak. Hati kita seumpama minyak yang diberkahi yang mendapat cahaya Allah secara langsung, lihat artikel cahaya di atas cahaya, oleh karena itu hati kita akan selalu berkata jujur dan tidak akan mampu berbohong. Jika kita berbuat salah, tapi kita tidak mendengarkan kata hati kita dan terus berbuat salah, maka sebenarnya kita sedang mengotori tabung kaca yang menyelubungi hati kita itu.
Jika mendapat amanat menjadi seorang akuntan, maka jujurlah. Jika dalam kontrak kerja disebutkan gaji kita sekian, bonus kita sekian kali, maka pastikan tidak lebih dari sekian sekian itulah yang kita terima. Jika lebih tanpa bisa dipertanggungjawabkan, maka berhati-hatilah. Jangan-jangan itu akan membuat kita menjadi pengkhianat amanat.
Terhadap janji yang dibuatnya, Al-Mushalliin agar berusaha sekuat tenaga menepatinya.
Korupsi, yang kini melanda hampir di seluruh negeri berpenduduk mayoritas muslim, pasti berawal dari sholat yang tidak terjaga. Sholat yang rusak. Akibatnya sholat itu tidak mampu menjadikan pelaku korupsi tersebut memelihara janji sumpah jabatannyan dan amanat-amanat yang diembannya.
Surat Al-Ma'arij termasuk surat Makkiyah. Turun di saat hukum-hukum Islam seperti hukum rajam untuk pezina, hukum potong tangan bagi pencuri, perintah berhijab-berjilbab-berkhimar, larangan khamr (dlsb) belum ada. Artinya, di surat ini Allah ingin menekankan tentang etika dan moral seorang yang mengaku beriman, yaitu rasa malu. Malu jika kemaluannya terbuka, malu jika mengkhianati amanat, malu jika tidak menepati janji.
Lagi, kata penghubung yang digunakan antara topik sholat, harta, menjaga kemaluan, dan menjaga amanat serta janji, adalah kata wa, yang berarti 'dan'. Bukan au yang berarti 'atau'. Maka Al-Mushallin adalah mereka yang secara konstan menjaga sholatnya dan membagi hartanya dan menjaga kemaluannya dan menjaga amanat yang diembannya dan menepati janjinya. Kelima-limanya harus masuk, tidak bisa salah satu saja.
Dan orang-orang yang menegakkan syahadatnya
Al-Mushalliin adalah mereka yang benar-benar menjaga syahadatnya. Mereka selalu berhati-hati menjaga lisan, pikiran, perkataan dan perbuatan, agar tidak menyebabkan dia menjadi murtad tanpa dia sadari.
Lagi, kata penghubung yang digunakan antara topik sholat, harta, menjaga kemaluan, menjaga amanat, menjaga janji, dan menegakkan syahadat adalah kata wa, yang berarti 'dan'. Bukan au yang berarti 'atau'. Maka Al-Mushallin adalah mereka yang secara konstan : menjaga sholatnya dan membagi hartanya dan menjaga kemaluannya dan menjaga amanatnya dan menjaga janji dan menjaga syahadatnya. Keenam-enamnya harus masuk, tidak bisa salah satu saja.
Dan orang-orang yang memelihara shalatnya
Allah mengenalkan daftar karakteristik golongan Al-Mushallin dengan awalan sholat dan kini diakhiri dengan sholat. Inilah penekanannya : Al-Mushallin adalah mereka yang terus menerus sholat dan konstan menjaga sholatnya sehingga mentransformasi dirinya menjadi pribadi yang lebih baik. Orang-orang disekitarnya akan mengenalinya dengan ciri-ciri :
- rajin sholat di masjid,
- suka berbagi harta,
- terjaga dari perbuatan mesum,
- jika diberi amanat dia selalu amanah,
- jika berjanji selalu dia tepati,
- tidak murtad
Sholat adalah ultimate dzikr, dzikir tertinggi seorang hamba. Bahkan Musa pun diperintah sholat saat pertama kali bertemu Allah di bukit Thursina. Surat Thaahaa (20) ayat 14 : "Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada sesembahan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat, untuk mengingat Aku."
Mereka itu (kekal tinggal) di surga, lagi dimuliakan
Balasan untuk Al-Mushallin adalah surga, dan mereka mendapatkan kedudukan yang terhormat di sana. Di mana saja di surga dan oleh seluruh penghuni surga, al-mushalliin akan selalu dihormati.
Inilah karakteristik minimum yang harus dimiliki seorang hamba yang mengaku beriman, Al-Mushalliin. MINIMUM!!!
Apa kita sudah bisa masuk dalam golongan ini? Harus bisa!
Jika belum masuk juga, kita sedang dalam bahaya besar! Kita berada di tepi jurang neraka, kita calon-calon al-mujrimun, orang-orang yang berdosa.
WAKE UP! Segera bangun, sadarkan diri, perbanyak ilmu, dan perbaiki sholat. Mudah-mudahan Allah menuntun kita kepada cahaya-Nya.
Komentar
Posting Komentar