Langsung ke konten utama

Buah, MPASI Pengganti Susu Formula

Masih kaitannya dengan artikel yang ku-posting sebelumnya tentang E. Sakazakii. Aku ingin berbagi pengalaman ketika memberikan ASI buat kedua anakku. Alasan pertama karena hingga saat ini belum ada laporan kasus infeksi bakteri ini pada bayi yang mendapatkan ASI eksklusif. Kedua karena aku ingin mengambil hikmah dari berbagai kasus infeksi E. Sakazakii.

Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan penuh adalah cita-citaku sejak anak pertamaku, Nailah, lahir. Bukan hanya sekedar mengikuti anjuran pemerintah atau WHO, tetapi keinginan untuk memberikan yang terbaik dari diriku untuk si bayi. Anak, kuyakini sebagai amanah dari Allah SWT, bukan sekedar agar rumah tak sepi atau supaya kelak jika aku tua ada yang merawatku. Itu hanyalah akibat saja. Tapi yang menjadi sebab Allah mengijinkannya lahir dari rahimku adalah Ia memberiku amanah untuk aku tunaikan. Dan aku yakin betul, Allah sudah memberikan semua sarana dan prasarana untuk membantuku menunaikan amanah itu. Bukankah pada binatang melata saja Allah memberikan hal itu, seperti firman-Nya: “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya” (QS. Huud: 6). Jika pada binatang melata pun Ia menjaminnya, apalagi kepada manusia yang bahkan ketika menciptanya (Adam) pun Ia menyuruh malaikat untuk bersujud.

Karena alasan itu, alami adalah syarat utama yang aku terapkan pada asupan Nailah. Alami, sesuatu yang murni asalnya dari alam, dari karunia Allah dan sedapat mungkin minim pemrosesan. ASI adalah asupan alami yang sudah diberikan oleh Allah lewat ibu untuk semua bayi yang lahir di dunia. Maka ASI aku yakini yang terbaik untuk Nailah. Mempelajari manajemen ASI adalah satu hal wajib bagiku sejak awal kehamilan. Untung saja informasi mengenai hal itu tersedia sangat banyak di internet, tinggal search saja di Google. Bahkan suami ikut mencarikan artikel mengenai teknik memerah ASI dengan tangan mengantisipasi habisnya masa cuti melahirkan, karena ia juga meyakini alami adalah yang terbaik. Tangan adalah alami. Mencuci tangan jauh lebih mudah daripada mencuci pompa menjadi satu keyakinan kami.

Awalnya semua berjalan lancar. Ketika cuti melahirkan usai dan aku harus kembali bekerja, stok ASI perahan cukup tersedia dalam kulkas untuk diminum anakku di siang hari. Malam dan paginya, aku masih bisa memberi ASI langsung. Hormon prolaktin yang memicu produksi ASI dan hormon oksitosin yang memicu lancarnya aliran ASI masih bekerja dengan baik. Menjelang usia Nailah 5 bulan, aku mulai kejar tayang. Perahan ASI hari ini untuk esoknya. Jumlahnya juga makin lama makin mengecil. Yang semula bisa 500 ml sehari, makin menyusut menjadi 200-300 ml. Untuk anak keduaku, Farraas, justru menjelang usia 4 bulan aku mulai kejar tayang. Akhirnya, dua minggu kemudian dari awal kejar tayang mulai itu, stok ASI untuk siang hari sangat kurang.

Ilmu manajemen ASI memang boleh lengkap, tapi mengaplikasikannya memang bukan perkara mudah. Berawal dari stress yang aku alami karena pekerjaan di kantor, ditambah stress dan lelah selama perjalanan dari rumah ke kantor yang jauh dan tak pernah lepas dari kemacetan, hingga stress karena melihat produksi ASInya kok semakin berkurang. Hormon oksitosinnya ngambek, tak mau berproduksi. Sementara untuk sampai 6 bulan ASI ekslusif masih 1.5 hingga 2 bulan lagi. What to do?

Memberikan susu formula sempat menjadi alternatif pertama kami. Tapi aku ingat pada tekad memberi Nailah & Farraas asupan alami hingga minimal berusia 1 tahun. Maka susu formula menjadi alternatif terakhir. Aku mulai melirik kepada MPASI, makanan pendamping ASI. Aku pikir bukankah dulu ASI eksklusif disarankan 4 bulan sebelum akhirnya menjadi 6 bulan. Toh, kedua anakku sudah lewat 4 bulan. tapi boleh jadi ini cuma pembenaranku saja, sih. Namun MPASI menuju 6 bulan harus alami dan minimal bahan tambahan dan proses pengolahan. Kebanyakan saran MPASI pertama adalah biskuit bayi dan bubur susu. Ketika aku baca Nutrition Fact atau informasi nilai gizi yang tertera pada kemasannya, ternyata mengandung susu formula dan bahan tambahan lainnya selain sudah melalui pemrosesan dalam produksinya di pabrik.

MPASI bagiku harus berupa makanan alami yang dibuat sendiri di rumah. Makanan alami tidak mengandung bahan tambahan (food additives) seperti esens dan bahan pewarna yang memberatkan pencernaan bayi. Meskipun diklaim aman untuk bayi, setiap bahan sintetis yang ditambahkan dalam makanan bayi dideteksi sebagai racun atau toksin oleh tubuh bayi. Makanan kemasan untuk bayi masih bisa digunakan sesekali pada kondisi darurat, misalnya saat berpergian atau dalam perjalanan yang cukup lama sehingga membuat makanan alami tidak dimungkinkan atau tidak bertahan kesegarannya. Namun yang pasti, bukan sebagai menu sehari-hari.

Buah segar menjadi pilihan utama makanan pemula MPASI. Berbeda dengan nasi dan makanan pokok lain, buah segar mengandung karbohidrat yang mudah dicerna, yakni gula buah. Kemudahan gula buah dicerna bayi mendekati ASI karena secara alami dilengkapi enzim pencerna. Karena itulah buah digolongkan sebagai predigested food atau semidigested food, yaitu makanan yang sudah separuh tercerna. Karbohidrat dalam nasi dan bahan pokok lain adalah karbohidrat (pati) kompleks yang tidak mudah dicerna. Lagipula, nasi dan bahan pokok lain tidak dilengkapi enzim pencerna pati sebagaimana buah. Pisang adalah satu-satunya buah kaya pati. Dari sekian banyak buah, buah pepaya menjadi pilihan MPASI untuk kedua anakku hingga usia 6 bulan. Sesudah itu baru mulai buah lain, kemudian karbohidrat kompleks (nasi dan sayuran) hingga berikutnya sumber protein. Alhamdulillah, kedua anakku tak punya masalah dengan makan maupun menu makanan. Susu pengganti ASI aku pilih UHT dan baru aku berikan menjelang saat penyapihan, Nailah di usia tepat 18 bulan dan Farraas diusia tepat 17 bulan.

Aku bersyukur pilihan memberikan bayi-bayiku makanan alami dan bukan susu formula membawa banyak hikmah. Manusia memang tak pernah merugi jika hanya menggantungkan harapan pada Allah SWT. Apalagi kini ketika pemberitaan bakteri E.Sakazakii yang berasal dari susu formula memenuhi berbagai media. Terbayang bagaimana kecewanya para orang tua yang berharap anaknya tumbuh sehat dengan menganggap susu formula sebagai menu utama terbaik, namun ternyata yang dituai adalah anak yang sakit.

Kini aku juga semakin mengerti mengapa Islam memperkenalkan konsep ibu susuan jika kondisi memaksa, Allah tidak dholim pada bayi-bayi yang baru lahir. Keyakinan bahwa Allah tidak dholim pada bayi-bayi ini pula yang menambah keyakinan bahwa semua ibu tanpa kecuali pasti bisa memberikan ASI langsung. Yang diperlukan adalah memiliki ilmu seputar penyusuan, kemudian bertekad dan berusaha dan baru kemudian bertawakal.

وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلاَدَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ لِمَنْ أَرَادَ أَن يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ لاَ تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِلاَّ وُسْعَهَا لاَ تُضَآرَّ وَالِدَةُ بِوَلَدِهَا وَلاَ مَوْلُودُُلَّهُ بِوَلَدِهِ وَعَلَى الْوَارِثِ مِثْلُ ذَلِكَ فَإِنْ أَرَادَا فِصَالاً عَن تَرَاضٍ مِّنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْهِمَا وَإِنْ أَرَدْتُمْ أَن تَسْتَرْضِعُوا أَوْلاَدَكُمْ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْكُمْ إِذَا سَلَّمْتُم مَّآءَاتَيْتُم بِالْمَعْرُوفِ وَاتَّقُوا اللهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرُُ {233}

“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Al-Baqarah: 233).

Subhanallah......................

Referensi:
1. "Variasi Makanan Sehat Bayi", Wied Harry Apriadji, Cetakan 1- Jakarta, Puspa Swara, 2006. Berikut link mengenai profil penulis : http://www.bukabuku.com/authorscorner/detail/873/wied-harry-apriadji.html
2. http://ngajialquran.wordpress.com/2010/12/25/tafsir-surat-al-baqarah-ayat-233-hak-menyusu-bagi-seorang-anak/


Depok, 12 Februari 2011

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Proses (Kreatif) Dibalik Buku Anak : Mengenal Tanda Kebesaran Allah SWT

Alhamdulillahi Robbil 'Alamiin Tahun 2015 kemarin ditutup dengan terbitnya buku solo perdana saya. Buku anak berjudul "Mengenal Tanda-Tanda Kebesaran Allah SWT", diterbitkan oleh Al-Kautsar Kids (Pustaka Alkautsar Group). Buku setebal 152 halaman ini telah menempuh perjalanan yang cukup panjang sejak idenya muncul hingga terbit.  Berawal dari perjalanan saya, suami, dan dua anak saya naik motor bolak-balik dari rumah ke masjid setiap waktu sholat tiba.  Saat maghrib, isya dan subuh, saya selalu memandangi langit yang gelap. Di antara kerlip bintang di sana, saya melihat bulan dalam bentuk yang selalu berbeda. Kadang sabit tipiiis serupa alis, kadang cembung gendut lucu, kadang purnama bulat sempurna dengan cahaya berpendar-pendar, indah sekali.  Lalu timbullah tanya dalam hati, dalam Al-Qur'an Allah SWT berfirman bahwa tidaklah Dia menciptakan segala sesuatu di alam semesta ini dengan sia-sia. Tapi mengapa rasa di hati saya terhadap bulan tak lebih hanya hi...

Tiga Langkah Pertamaku

(Juara 2 lomba menulis " Capture Your Gain Moment " yang di selenggarakan oleh Majalah Parents Guide, bulan Desember 2010) Menjelang usia sembilan bulan anakku, Farraas. Aku menjadi full time mom.  Jika dulu pengasuhnya sangat hati-hati menjaga karena tentu saja takut aku marahi kalau terjadi apa-apa. Aku cenderung membiarkan dan tidak menahannya menjelajah seisi rumah. Aku hanya mengamati benda-benda disekitarnya kalau-kalau bisa membahayakannya. Selebihnya,kubiarkan ia menantang dirinya sendiri, merangkak, memegang ini itu, menjangkau benda yang lebih tinggi, lalu mulai berdiri. Awalnya aku terpana melihat ia berdiri sendiri dengan kaki gemetar, mungkin kakinya belum kuat. Ia menangis lalu jatuh terduduk. Aku hanya tersenyum seraya berkata, “Bagus, Nak. Ayo teruskan!”. Dua hari kemudian, Farraas mulai menantang dirinya untuk menggerakkan kakinya selangkah dengan tangan berpegangan di sofa. Satu langkah masih gemetar, ia menangis, namun sekali lagi aku katakan, “Ba...

Indeks Pembangunan Manusia, Indeks Membaca dan Korupsi

Sudah lama saya ingin tahu dan menulis mengenai hubungan korupsi, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Indeks Membaca, adakah hubungan yang saling berkaitan? KORUPSI Dari data “Political & Economic Risk Consultancy” (PERC) – Hongkong yang dirilis pada tanggal 8 Maret 2010, Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai negara paling korup se-asia pasifik. Berikut urutan lengkapnya: Indonesia (terkorup) Kamboja (korup) Vietnam (korup) Filipina (korup) Thailand India China Taiwan Korea Macau Malaysia Jepang Amerika Serikat (bersih) Hong Kong (bersih) Australia (bersih) Singapura (terbersih) Penilaian didasarkan atas pandangan ekskutif bisnis yang menjalankan usaha di 16 negara terpilih. Total responden adalah 2,174 dari berbagai kalangan eksekutif kelas menengah dan atas di Asia, Australia, dan Amerika Serikat. Masih data PERC 2010, dalam kurun 2008-2010, peringkat korupsi Indonesia meningkat dari 7.98 (2008.), 8.32 (2009) dan naik menjadi 9.07 (2010) dari angka...