Oleh
: Pida Siswanti
Dimuat pada tanggal 9 Maret 2015 di website http://www.ummi-online.com 
Sahabat Ummi para
perindu surga, ada sebuah hadist yang sudah sangat populer mengenai amalan
wanita sehingga dijaminkan kepadanya surga. Hadits tersebut salah satunya
diriwayatkan oleh Ibnu Hibban, berbunyi: dari
Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda : "Jika seorang perempuan selalu menjaga sholat lima waktu,
berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan) serta menjaga kemaluannya (dari perbuatan
zina) dan benar-benar taat kepada suaminya, maka dikatakan kepadanya : Masuklah
kamu ke dalam surga dari pintu mana saja yang kamu suka". (H.R Ibnu Hibban
dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)
Sepintas terlihat syaratnya amat mudah, bukan? Imbalannya pun tak
tanggung-tanggung : surga. Tapi ada rahasia dibaliknya yang mesti kita tahu
lho, kalau memang kita benar-benar merindukan surga. Ustad Bendri Jaisyurrahman
pernah menyinggung soal rahasia ini dalam salah satu seminarnya(1).
Keempat amalan tersebut harus mampu menumbuhkan empat kecerdasan yang
terimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari seorang wanita. Kita simak yuk…
1. Sholat 5 Waktu :
Kecerdasan Menahan Diri dari Kejahatan Batin dan Fisik
Dalam
Al-Quran disebutkan, "Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan)
keji dan mungkar." – (QS Al-Ankabut (29)
ayat 45) 
Sholat yang berbuah
tiket surga bagi seorang wanita pun tak luput dari syarat ini. Sholat wanita
tersebut harus mampu menumbuhkan dalam dirinya, sebuah kecerdasan menahan diri
dari perbuatan keji dan mungkar. Perbuatan keji dan mungkar dalam konteks rumah
tangga dapat berupa kejahatan batin dan kejahatan fisik yang dilakukan wanita
tersebut. Kejahatan batin misalnya sikap suka menggerutu, suka mengomel, suka
mencela, suka berprasangka buruk, suka bergunjing (baik dalam hatinya sendiri
maupun mulutnya), suka menyimpan dendam, terutama terhadap suaminya dan
anak-anaknya. Tak salah jika dalam hadits lain Rasulullah SAW pernah bersabda : 
“Dan aku melihat neraka. Aku belum pernah sama sekali
melihat pemandangan seperti hari ini. Dan aku lihat ternyata mayoritas
penghuninya adalah para wanita.” Mereka bertanya, “Kenapa para wanita menjadi
mayoritas penghuni neraka, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Disebabkan
kekufuran mereka.” Ada yang bertanya kepada beliau, “Apakah para wanita itu
kufur kepada Allah?” Beliau menjawab, “(Tidak, melainkan) mereka kufur kepada
suami dan mengkufuri kebaikan (suami). Seandainya engkau berbuat baik kepada
salah seorang istri kalian pada suatu waktu, kemudian suatu saat ia melihat
darimu ada sesuatu (yang tidak berkenan di hatinya) niscaya ia akan berkata,
‘Aku sama sekali belum pernah melihat kebaikan darimu’.” (HR. Bukhari no. 5197
dan Muslim no. 907).
Kejahatan
fisik yang dilakukan wanita misalnya tangan yang suka memukul, kalimat yang
menyakiti, tangan yang mencubit, kaki yang menendang, terutama terhadap anaknya
atau suaminya.
Inilah
kecerdasan yang harus dimiliki seorang wanita sebagai buah dari sholat 5
waktunya, kecerdasan menahan diri dari kejahatan batin dan fisik. Kecerdasan
yang tak mudah diperoleh. Kebanyakan wanita pasti pernah mengomeli anaknya,
pernah menggerutu jika sikap suami tak sesuai dengan harapannya, pernah
berprasangka buruk jika suaminya pulang terlambat, pernah tak tahan bergosip
ria saat bertemu teman-teman sosialitanya, pernah menyimpan dendam saat dilukai
hatinya oleh suami, pernah menjewer kuping anaknya atau bahkan mencubit saking
kesalnya. Karena kecerdasan ini sulit diperoleh, maka wajarlah jika imbalannya
surga. 
Jika
seorang wanita mengaku merindukan surga namun masih belum memiliki kecerdasan
menahan diri dari kejahatan batin dan fisik seperti contoh di atas, maka
saatnya menelisik kembali sholat 5 waktunya. 
2. Puasa Ramadhan :
Kecerdasan Menahan Diri dari Sikap Konsumtif
Bahkan
dalam hadits di atas dikatakan, puasa ramadhan saja bisa mengantarkan tiket surga
bagi seorang wanita, tanpa menyinggung puasa sunah. Tentu saja kualitas puasa
yang dimaksud bukan hanya sekedar menahan diri dari rasa lapar dan dahaga dari
terbit fajar hingga terbenam matahari. Dalam konteks rumah tangga, puasa ini
harus mampu menumbuhkan kecerdasan dalam diri wanita tersebut untuk menahan
diri dari nafsu perut dan nafsu konsumtif lainnya. 
Nafsu
perut misalnya ingin makan enak terus sehingga berbelanja bahan-bahan makanan
secara berlebihan, atau terlalu sering jajan di restoran karena malas memasak.
Keduanya tentu memakan biaya yang tak sedikit. Akibatnya keuangan keluarga jadi
timpang, pengeluaran lebih besar daripada pendapatan, lalu berhutang, hutang
menumpuk, pusing bayarnya. Kebiasaan suka ngemil berlebihan juga bisa masuk
kategori ini. Masak makanan enak atau makan di restoran tentu saja tidak
dilarang, selama keuangan keluarga tidak terganggu dan tidak sengaja mengurangi
kemampuan zakat, infak dan sedekah demi memuaskan nafsu perut secara berlebihan.
Shopping,
shopping, shopping! Ini juga sikap konsumtif yang harus bisa ditahan seorang
wanita perindu surga. Shopping sendiri tidaklah dilarang, yang sebaiknya
ditahan adalah shopping sesuatu barang yang sebenarnya tidak terlalu diperlukan,
misalnya shopping barang sekunder, tertier atau malah kwartier. Tidak semua
barang yang kita inginkan harus kita peroleh bukan? Bahkan Umar bin Khattab
pernah memberi ingat anaknya, Ibnu Umar yang suatu hari membeli daging karena
sangat ingin makan daging : Apakah setiap makanan yang kamu inginkan harus kamu
makan? Cukuplah seseorang dikatakan pemboros apabila ia memakan apa saja yang diinginkannya.”
(2)
Wanita
perindu surga harus mampu menahan diri dari sikap konsumtif. Menentukan skala
prioritas belanja keluarga sesuai keuangan keluarga adalah sikap terbaik. Tentu
juga tanpa terbersit niat mengurangi kemampuan berzakat, infak dan sedekah.
Tak
mudah, tentu saja. Wanita mana yang menolak makan enak dan berbelanja, apalagi
kalau sedang cuci gudang. Menolak diskon 50% di sebuah restoran atau Clearance
Sale di barisan pakaian indah di sebuah mall bukan perkara mudah. Tapi kalau
kita termasuk wanita perindu surga, cobalah menahan diri kalau memang bukan kebutuhan
mendesak.
3. Menjaga Kemaluan :
Kecerdasan Menahan Diri dari Nafsu Seksual
Ada
wanita yang berpendapat, bahwa menjadi ‘teman tapi mesra’ dengan rekan pria itu
sah-sah saja selama tidak berhubungan badan. Ini bukanlah ciri wanita perindu
surga. Wanita perindu surga akan mengartikan kata ‘menjaga kemaluan’ dengan menjaga
apapun yang mengarah kepada nafsu seksual, baik nafsu seksual dirinya sendiri
maupun nafsu seksual lawan jenisnya. Inilah kecerdasan ketiga. Wanita perindu
surga harus memiliki kecerdasan menahan diri dari sikap agresif terhadap
laki-laki yang bukan suaminya. Agresif dalam sikapnya saat bertemu, dalam
tulisannya saat berpesan, dalam pandangan matanya saat lupa ditundukan, dalam
tawa dan suaranya saat berbicara, ataupun dalam senyumnya saat tak sengaja
berpapasan, bahkan dalam fotonya saat diunggah dalam media sosial. 
Wanita
masa kini, memiliki akses yang lebih luas untuk berinteraksi dengan masyarakat.
Tak jarang dalam satu profesi, ada kondisi di mana wanita tak bisa menghindar
dari berinteraksi dengan laki-laki yang bukan suaminya. Kecerdasan menahan diri
dari sikap agresif, apalagi yang mengarah pada nafsu seksual, menjadi super
penting dibandingkan zaman dulu. Bukan hanya demi memelihara sakinah bersama suami
saat ini, tetapi lebih karena tunduk pada perintah Allah. "Dan, janganlah
kalian mendekati zina. Sesungguhnya, zina itu adalah suatu perbuatan yang keji
dan suatu jalan yang buruk.” -   ( QS
Al-Israa’ (17) ayat 32) 
4. Taat Kepada Suami :
Kecerdasan Menahan Diri dari Nafsu Akal
Di
masa kini, akses wanita memperoleh pendidikan sudah sangat luas. Wanita boleh
mengenyam pendidikan sampai level mana saja yang diinginkannya. Wanita bergelar
sarjana, magister, doktor tersebar hampir di semua profesi yang ada. Tak
jarang, wanita menempati jabatan lebih tinggi daripada laki-laki. Tapi dalam agama
Islam, setinggi apapun pendidikan wanita tersebut, ia tetap mendapat satu
tantangan berbuah surga : taat kepada suami. 
Merasa
berpendidikan tinggi seringkali membuat wanita lupa untuk mengasah kecerdasan
yang satu ini, kecerdasan menahan diri dari nafsu akal. Kecerdasan untuk tidak
suka mendebat suaminya. Seorang istri boleh saja lebih berpendidikan dari
suaminya, lebih kaya dari suaminya, memiliki status sosial lebih tinggi dari
suaminya, lebih cantik dibandingkan suaminya yang biasa saja, lebih segala-galanya.
Tapi perindu surga harus cerdas menahan diri agar semua kelebihannya itu tidak
menjadikannya suka mendebat keputusan suaminya. Tahu adabnya jika ingin memberi
pendapat atau masukan pada suaminya, sehingga tidak membuat suaminya
tersinggung atau marah. Jika pendapat atau masukannya tidak diterima suamipun,
tidak lantas membuatnya sakit hati, tersinggung, marah atau menggerutu.
Keputusan suami, selama masih dalam koridor agama, tetapi dipatuhinya dengan
ikhlas. Ini adalah suatu ketrampilan,
suatu kecerdasan. Khadijah, istri pertama Rasulullah SAW adalah contoh
sempurna istri yang memiliki kecerdasan menahan diri dari nafsu akalnya.
Berkarakter
qona’ah (sikap menerima), pandai bersabar dan bersyukur adalah ciri mudah
mengenali wanita yang telah mampu mengamalkan keempat kecerdasan ini. 
Referensi:
(1) Belajar Ilmu Parenting dari Para Nabi dan Orang Sholeh (Bagian 3), http://bukudanceritaku.blogspot.com
(2)Pemuda-pemuda di sekitar Nabi SAW,
Dr Muhammad Husni Musthafa, Bab Abdullah bin Umar, hal 258, Sukses Publishing,
2013
Komentar
Posting Komentar