|  | 
| gambar diambil dari google | 
Anakku
sayang, dengarlah cerita Bunda tentang kuda
Kuda
bukan sembarang kuda
Kuda
istimewa yang dengannya Allah bersumpah “Wal ‘aadiyaati dhobhaa”
Kuda
betina yang terpilih karena kekuatan dan kecepatannya berlari melebihi sang
jantan
Tuannya
tak pernah lupa memberi minum dan makan hingga kenyang
Segala
kebutuhan si kuda, tak pernah sang tuan lalaikan
Hingga
saat genting itu tiba, sang tuan harus maju ke medan laga
Melawan
musuh yang terlihat amat digdaya
Iman
sang tuan berkata, “Apa yang harus ditakutkan jika Allah bersama kita?”
Kuda
betina tahu ini waktunya, membalas semua kebaikan sang tuan
Maka
saat tali kekang telah dipasang, kuda betina menunjukan kepatuhan
Berlari
maju, belok kanan dan kiri, “Apapun perintah tuan, hamba jalankan.”
Kuda
betina itu kini menjelma menjadi kuda perang 
Berlari
tanpa jeda dengan kekuatan dan kecepatan paling kencang
Nafas
terengah dan ringkik terdengar mengumandang
Kuda
perang terus memacu, walau fajar belum terlihat terang
Tapal
kuda menimpa bebatuan jalan, memercikan bunga api berkilauan
“Subuh
ini, adalah saatnya kita menyerang!”
Kumpulan
musuh tak menyurutkan keyakinan menang
Kuda
perang pun membelah lawan, membawa sang tuan masuk menerjang
Debu-debu
beterbangan, dihentak-hentak para kuda perang
Perang
berlangsung hingga siang, nyawa telah digadaikan
Meski
luka menggores dan darah menetes, kuda perang dan sang tuan tak tampak
kelelahan 
 “Hidup mulia atau mati syahid, itulah yang
dijanjikan!”
Keduanya
adalah kebaikan yang didamba iman
Tahukah
kau, anakku? Manusia terkadang lebih bodoh daripada kuda
Allah,
Sang Tuan, telah memberinya makan, minum dan segala kebutuhan hidupnya
Tak
akan dicabut nyawanya, hingga rizki yang tertulis dalam takdirnya, tunai ia terima
Namun
ia lupa bersyukur, bahkan seringnya ingkar bahwa itu sejatinya pemberian belaka
Ia
mengira semua adalah hasil jerih payahnya, ia mencintai hartanya dengan segenap
jiwa
Saat
Sang Tuan memanggilnya untuk sholat, ia mendahulukan pekerjaannya
Saat Sang
Tuan memanggilnya untuk zakat, ia berkata “Kebutuhanku masih banyak.”
Saat
Sang Tuan memanggilnya untuk puasa, ia berkata “Aku tak kuat menahan lapar dan
dahaga.”
Saat
Sang Tuan memanggilnya untuk berdoa hanya pada-Nya, ia berkata “Aku masih kuat
berusaha.”
Saat
Sang Tuan memanggilnya untuk mendekati-Nya, ia berkata “Nanti saja kalau sudah
tua.”
Saat
Sang Tuan memanggilnya untuk mengikuti petunjuk-Nya (Al-Qur’an), ia berkata
“Itu cuma cerita orang-orang dahulu kala.”
Jika
panggilan yang manfaatnya kembali untuk dirinya saja selalu ia ingkari dengan
nyata
Apa
lagi panggilan berjihad yang harus menggadaikan harta dan jiwa 
Maka
kalahlah ia dengan kuda, kuda perang yang tak ragu kemanapun tuannya membawa
Meski
nyawa taruhannya.
Padahal
ia tahu, semua yang dibalik kubur suatu hari akan dibangkitkan
Apakah
ia akan berbangga dengan catatan para malaikat saja?
Allah,
Sang Tuan, lebih tahu apa yang luput dari malaikat-Nya
Hari
itu, Sang Tuan tak akan ragu mengungkap niat sebenarnya yang tersimpan di dalam
dadanya
Dan
Dia Maha Mengetahui dan Maha Meneliti
Maka
apakah yang menyebabkanmu enggan kembali?
Anakku,
kita ini hamba, seperti kuda
Bunda
mengajakmu untuk mengikuti apapun petunjuk Allah, Sang Tuan
Perintah-Nya,
lakukanlah. Larangan-Nya, jauhilah.
Jika suatu
saat engkau ragu dan enggan mengikuti Al-Qur’an
Bunda akan
ingatkan, “Anakku, apakah engkau ingin menjadi lebih bodoh daripada kuda?”
Referensi:
1.   
QS Al-‘Aadiyat : 1-11
2.   
Tafseer’s Notes, Surah
Al-‘Aadiyat, Linguistic Miracle, Nouman Ali Khan, www.bayyinah.tv 
3.  Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 8 (Surat Al-'Aadiyat), Pustaka Imam Syafi'i, 2004
Komentar
Posting Komentar