Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2012

Membincangi Anak Yatim

Anak yatim adalah anak manusia yang belum dewasa yang ayahnya telah meninggal dunia. Kematian ayah, bagi orang yang belum dewasa, menjadikannya kehilangan pelindung, seakan-akan ia sendirian dan sebatang kara. Selain dapat menimbulkan efek fisik seperti kekurangan materiil – pangan, sandang atau papan, juga ada efek psikis yang mengancam si anak tumbuh menjadi jiwa yang lemah karakter dan imannya. Jika pemikiran kita hanya sampai di dunia, maka kita akan memandang bahwa membantu anak yatim tidak akan memberikan keuntungan apapun selain menambah beban. Imbalan memelihara anak yatim memang tidak di dunia, tetapi di akhirat. Nabi pernah bersabda sambil mendempetkan hari tengah dan jari telunjuk beliau, “Saya bersama pemelihara anak yatim seperti ini   kelak di surga.” Dan jika kita mengharapkan hanya imbalan akhirat saja, ternyata Allah juga memberikan kepada kita kemuliaan di dunia.            Ada beberapa tingkatan bersika...

Sang Hakim dan Sekutunya

Ketika itu di Madinah, kaum Anshar terbagi dalam dua kabilah, Aus dan Khazraj. Sedangkan kaum Yahudi terbagi dalam tiga kabilah, Bani Qainuna, Bani Nadhir dan Bani Quraizah. Bani Qainuna bersekutu dengan kaum Khazraj, sedangkan Bani Nadhir dan Bani Quraizah bersekutu dengan kaum Aus. Ketiga kabilah Yahudi inilah yang kerap membangkitkan persengketaan dan peperangan antara kaum Aus dan Khazraj. Setelah Rasulullah SAW hijrah, kaum Aus dan Khazraj bersatu dalam panji Islam. Dengan ketiga kabilah Yahudi tersebut, disepakatilah perjanjian damai yang salah satu isinya adalah saling bersekutu mempertahankan Madinah jika datang penyerang. Dalam perang parit, Madinah diserang oleh pasukan multinasional gabungan antara kaum Quraisy Mekah, kaum Yahudi yang terusir dari Madinah dan beberapa kabilah Arab antara lain Bani Ghathafan. Strategi benteng parit yang diusulkan Salman Al Farisi dari Persia berhasil menahan laju pasukan multinasional. Terjadilah perang urat syarat selama berhari-ha...

Pelajaran dari Hujan

Hujan makin sering menyambangi Jakarta dan daerah penyangganya. Pagi yang cerah hampir selalu disusul siang yang gelap, lalu air hujan pun turun dari langit sore, berlanjut hingga malam. Kadang air itu turun serintik-serintik, tak jarang melimpah ruah. Penduduk daerah langganan banjir mulai berjaga-jaga, waspada. Pegawai berkeluh kesah kesulitan angkutan saat pulang kantor. Pengguna jalan terjebak macet berkepanjangan, kadang kala menjadi tak sabar hingga bersumpah serapah. Pemerintah pun bersiap melebarkan telinga, mendengarkan gugatan warganya atas dua masalah menahun yang mengiringi datangnya musim hujan di Jakarta dan sekitarnya, banjir dan macet. Itulah fenomena yang selalu terjadi mengiringi hujan akhir-akhir ini. Ada hal yang lebih baik untuk dilakukan daripada berkeluh kesah atau bersumpah serapah setiap kali melihat hujan, yaitu mengingat hari kebangkitan, Yaumil Hisab . Karena melalui perumpamaan hujan itulah Allah SWT memberi jawaban atas orang-orang yang meragukan a...

Mulai dari Dalam Kekuasaanmu

Seorang Ibu menangis. Ia merasa gamang menyaksikan para pemimpin negerinya berlarut-larut dalam korupsi, dari level bawah hingga level atas, terkesan berlomba-lomba. Padahal Allah menyuruh berlomba-lomba itu hanya dalam kebaikan saja. “Maka berlomba-lombalah kamu dalam berbuat kebaikan . Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS 2:148) . Sang Ibu mengkhawatirkan anak-anaknya. Kelak saat mereka dewasa dan generasi mereka mengambil alih estafet kepemimpinan itu, apakah suasana berlomba-lomba dalam korupsi seperti itu yang akan diestafetkan? Sementara ia tidak melihat ada gerakan perubahan yang terstruktur dari pemimpin saat ini maupun dari calon-calon pemimpin penggantinya, untuk mendidik generasi penerus mereka agar berkarakter jujur dan tidak suka mengkhianati amanah. "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat ya...