Dulu, ketika saya masih berada direntang usia dua puluh tahunan. Berita kematian rasanya jauh dari saya. Yang meninggal adalah mereka-mereka yang tidak saya kenal. Kalaupun kenal juga tak terlalu dekat dan jarang berinteraksi karena berbeda generasi.
Kini, ketika saya sudah empat tahun melewati usia tiga puluh, kematian itu semakin mendekat. Kabar meninggal datang dari orang-orang dekat saya, yang saya kenal kesehariannya. Bahkan beberapa dari orang-orang yang seumuran saya. Dan kabar itu membuat saya takut. Sudah dekatkah waktu saya? Siapkah saya menghadapinya? Bukankah saya harus menghadapinya sendirian pula?
Semua yang bernyawa pasti akan mati.
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya, pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." – (QS.3:185)
وَلَقَدْ جِئْتُمُونَا فُرَادَى كَمَا خَلَقْنَاكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَتَرَكْتُمْ مَا خَوَّلْنَاكُمْ وَرَاءَ ظُهُورِكُمْ وَمَا نَرَى مَعَكُمْ شُفَعَاءَكُمُ الَّذِينَ زَعَمْتُمْ أَنَّهُمْ فِيكُمْ شُرَكَاءُ لَقَدْ تَقَطَّعَ بَيْنَكُمْ وَضَلَّ عَنْكُمْ مَا كُنْتُمْ تَزْعُمُونَ
"Dan sesungguhnya, kamu datang kepada Kami sendiri-sendiri, sebagaimana kamu Kami ciptakan pada mulanya, dan kamu tinggalkan di belakangmu (di dunia), apa yang telah Kami karuniakan kepadamu; dan Kami tiada melihat besertamu, pemberi syafaat yang kamu anggap, bahwa mereka itu sekutu-sekutu Allah di antara kamu. Sungguh telah terputuslah (pertalian) di antara kamu, dan telah lenyap dari kamu, apa yang dahulu kamu anggap sekutu Allah." – (QS.6:94)
Saya sudah mendengar ayat itu sejak masih masa sekolah dulu, tapi rasanya baru kali ini terngiang-ngiang di telinga saya, tak mau pergi. Ini adalah hal yang pasti terjadi. Tapi mengapa selama ini rasanya saya kurang bersungguh-sungguh mempersiapkannya? Jika hal seperti ini terbetik di hati dan kepala kita, bukan sepantasnya kita bersyukur masih diingatkan-Nya? Lalu apa yang harus saya lakukan sebagai wujud rasa bersyukur itu? Rasanya tak cukup hanya diucapkan dalam hati. Kini saatnya mewujudkannya lebih nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Berbagai perubahanpun saya rancang, reformasi atau transformasi diri- apapun sebutannya, berniat menapakinya satu demi satu, sedikit demi sedikit, tetapi dengan usaha, tawakkal, dan istiqomah yang lebih kuat. Saya percaya betul bahwa
إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ
"....Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan, yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia." – (QS.13:11)
Saya sudah meluruskan niat, tinggal berharap Allah tidak menghendaki keburukan terhadap saya. Karena sungguh rugilah saya jika demikian.
Lalu satu per satu dinampakkannya pada saya bukti dari ayat-ayatnya, sebagaimana firman-Nya dalam hadits Qudsi (yang lagi-lagi sudah saya tahu dari dulu waktu sekolah tapi baru kali ini saya ingat kembali).
Dari Abu Hurairah r.a. dari Rasulullah s.a.w., sabdanya: "Allah Azzawajalla berfirman-dalam Hadis Qudsi: "Aku adalah menurut sangkaan hambaKu dan Aku akan selalu besertanya selama ia mengingat padaKu. Demi Allah, niscayalah Allah itu lebih gembira kepada taubatnya seseorang hambaNya daripada seseorang di antara engkau semua yang menemukan sesuatu bendanya yang telah hilang di padang yang luas. Barangsiapa yang mendekat padaKu dalam jarak sejengkal, maka Aku mendekat padanya dalam jarak sehasta dan barangsiapa yang mendekat padaKu dalam jarak sehasta, maka Aku mendekat padanya dalam jarak sedepa. Jikalau hambaKu itu mendatangi Aku dengan berjalan, maka Aku mendatanginya dengan bergegas-gegas. " (Muttafaq 'alaih).
Saya hanya berjalan selangkah, tapi Allah ternyata berlari pada saya, seolah Ia telah lama menunggu saya mengingat-Nya kembali dalam tindakan yang lebih nyata. Berbagai pengalaman dan pengetahuan baru hadir di hadapan saya dengan mudahnya, memaksa saya mengambil hikmah darinya. Lagi-lagi saya merasa tak punya piihan selain bersyukur pada-Nya lagi dan lagi. Anehnya, saya merasa tenang dalam ketidakpunyapilihanselainbersyukur itu.
Begitu banyaknya yang Ia hadirkan di hadapan saya, amat dahsyat sensasinya, sampai-sampai saya berpikir bahwa dunia ini akan tutup usia jika dan hanya jika semua ayat-ayat yang pernah dibawah Rasul-rasul-Nya telah nyata terbukti.
لِكُلِّ نَبَإٍ مُسْتَقَرٌّ وَسَوْفَ تَعْلَمُونَ
"Untuk tiap-tiap berita (yang dibawa oleh rasul-rasul), ada (waktu) terjadinya, dan kelak kamu akan mengetahui." – (QS.6:67)
Kini berita-berita yang dimaksud sudah ada di tangan saya, semuanya, dalam sebuah buku yang selama ini menghiasi lemari saya, Al-Qur'an. Sudah saatnya saya keluarkan ia dari tempat itu, dibersihkan debu-debu yang menempel padanya dan pada hati saya juga. Berniat kembali mempelajarinya dengan sungguh-sungguh. Usia saya tinggal setengah jalan lagi, itu jika saya sampai pada usia 60-an. Saya ingin menghabiskannya dengan mencelupkan diri dalam Sibghatullah, celupan Allah, sebasah-basahnya.
صِبْغَةَ اللَّهِ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ صِبْغَةً وَنَحْنُ لَهُ عَابِدُونَ
"Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya daripada Allah? Dan hanya kepada-Nya-lah kami menyembah." – (QS.2:138)
Agar saya juga berkesempatan menyaksikan pembuktian berita yang mengukur usia dunia.
Kini, ketika saya sudah empat tahun melewati usia tiga puluh, kematian itu semakin mendekat. Kabar meninggal datang dari orang-orang dekat saya, yang saya kenal kesehariannya. Bahkan beberapa dari orang-orang yang seumuran saya. Dan kabar itu membuat saya takut. Sudah dekatkah waktu saya? Siapkah saya menghadapinya? Bukankah saya harus menghadapinya sendirian pula?
Semua yang bernyawa pasti akan mati.
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya, pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." – (QS.3:185)
وَلَقَدْ جِئْتُمُونَا فُرَادَى كَمَا خَلَقْنَاكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَتَرَكْتُمْ مَا خَوَّلْنَاكُمْ وَرَاءَ ظُهُورِكُمْ وَمَا نَرَى مَعَكُمْ شُفَعَاءَكُمُ الَّذِينَ زَعَمْتُمْ أَنَّهُمْ فِيكُمْ شُرَكَاءُ لَقَدْ تَقَطَّعَ بَيْنَكُمْ وَضَلَّ عَنْكُمْ مَا كُنْتُمْ تَزْعُمُونَ
"Dan sesungguhnya, kamu datang kepada Kami sendiri-sendiri, sebagaimana kamu Kami ciptakan pada mulanya, dan kamu tinggalkan di belakangmu (di dunia), apa yang telah Kami karuniakan kepadamu; dan Kami tiada melihat besertamu, pemberi syafaat yang kamu anggap, bahwa mereka itu sekutu-sekutu Allah di antara kamu. Sungguh telah terputuslah (pertalian) di antara kamu, dan telah lenyap dari kamu, apa yang dahulu kamu anggap sekutu Allah." – (QS.6:94)
Saya sudah mendengar ayat itu sejak masih masa sekolah dulu, tapi rasanya baru kali ini terngiang-ngiang di telinga saya, tak mau pergi. Ini adalah hal yang pasti terjadi. Tapi mengapa selama ini rasanya saya kurang bersungguh-sungguh mempersiapkannya? Jika hal seperti ini terbetik di hati dan kepala kita, bukan sepantasnya kita bersyukur masih diingatkan-Nya? Lalu apa yang harus saya lakukan sebagai wujud rasa bersyukur itu? Rasanya tak cukup hanya diucapkan dalam hati. Kini saatnya mewujudkannya lebih nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Berbagai perubahanpun saya rancang, reformasi atau transformasi diri- apapun sebutannya, berniat menapakinya satu demi satu, sedikit demi sedikit, tetapi dengan usaha, tawakkal, dan istiqomah yang lebih kuat. Saya percaya betul bahwa
إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ
"....Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan, yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia." – (QS.13:11)
Saya sudah meluruskan niat, tinggal berharap Allah tidak menghendaki keburukan terhadap saya. Karena sungguh rugilah saya jika demikian.
Lalu satu per satu dinampakkannya pada saya bukti dari ayat-ayatnya, sebagaimana firman-Nya dalam hadits Qudsi (yang lagi-lagi sudah saya tahu dari dulu waktu sekolah tapi baru kali ini saya ingat kembali).
Dari Abu Hurairah r.a. dari Rasulullah s.a.w., sabdanya: "Allah Azzawajalla berfirman-dalam Hadis Qudsi: "Aku adalah menurut sangkaan hambaKu dan Aku akan selalu besertanya selama ia mengingat padaKu. Demi Allah, niscayalah Allah itu lebih gembira kepada taubatnya seseorang hambaNya daripada seseorang di antara engkau semua yang menemukan sesuatu bendanya yang telah hilang di padang yang luas. Barangsiapa yang mendekat padaKu dalam jarak sejengkal, maka Aku mendekat padanya dalam jarak sehasta dan barangsiapa yang mendekat padaKu dalam jarak sehasta, maka Aku mendekat padanya dalam jarak sedepa. Jikalau hambaKu itu mendatangi Aku dengan berjalan, maka Aku mendatanginya dengan bergegas-gegas. " (Muttafaq 'alaih).
Saya hanya berjalan selangkah, tapi Allah ternyata berlari pada saya, seolah Ia telah lama menunggu saya mengingat-Nya kembali dalam tindakan yang lebih nyata. Berbagai pengalaman dan pengetahuan baru hadir di hadapan saya dengan mudahnya, memaksa saya mengambil hikmah darinya. Lagi-lagi saya merasa tak punya piihan selain bersyukur pada-Nya lagi dan lagi. Anehnya, saya merasa tenang dalam ketidakpunyapilihanselainbersyukur itu.
Begitu banyaknya yang Ia hadirkan di hadapan saya, amat dahsyat sensasinya, sampai-sampai saya berpikir bahwa dunia ini akan tutup usia jika dan hanya jika semua ayat-ayat yang pernah dibawah Rasul-rasul-Nya telah nyata terbukti.
لِكُلِّ نَبَإٍ مُسْتَقَرٌّ وَسَوْفَ تَعْلَمُونَ
"Untuk tiap-tiap berita (yang dibawa oleh rasul-rasul), ada (waktu) terjadinya, dan kelak kamu akan mengetahui." – (QS.6:67)
Kini berita-berita yang dimaksud sudah ada di tangan saya, semuanya, dalam sebuah buku yang selama ini menghiasi lemari saya, Al-Qur'an. Sudah saatnya saya keluarkan ia dari tempat itu, dibersihkan debu-debu yang menempel padanya dan pada hati saya juga. Berniat kembali mempelajarinya dengan sungguh-sungguh. Usia saya tinggal setengah jalan lagi, itu jika saya sampai pada usia 60-an. Saya ingin menghabiskannya dengan mencelupkan diri dalam Sibghatullah, celupan Allah, sebasah-basahnya.
صِبْغَةَ اللَّهِ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ صِبْغَةً وَنَحْنُ لَهُ عَابِدُونَ
"Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya daripada Allah? Dan hanya kepada-Nya-lah kami menyembah." – (QS.2:138)
Agar saya juga berkesempatan menyaksikan pembuktian berita yang mengukur usia dunia.
Komentar
Posting Komentar