Dulu, di jaman saya kecil dan tumbuh mendewasa, sekolah favorit adalah sekolah negeri. Biasanya nomor sekolah menyatakan pula urutan keunggulannya, misalnya terfavorit 1 adalah SD 1, terfavorit 2 adalah SMP 2, terfavorit 3 adalah SMA 3. Keunggulan ini juga nyata ditunjukan oleh para siswanya yang unggulan juga, the best students in the best school . Sekolah swasta berada dalam urutan terakhir pilihan orang tua, hanya dilirik ketika tak ada lagi sekolah negeri yang mau menerima. Alasannya pun hanya satu hal, tak diterima karena nilai yang rendah, kalah bersaing dengan anak-anak lain.   Bersekolah adalah berkompetisi, ia memacu adrenalin saya selaku anak-anak untuk menunjukan pada teman-teman bahwa saya juga layak diperhitungkan.  Maka bersekolah di sekolah unggulan adalah jalan terbaik mendapatkan suasana kompetisi yang kental. Lawan seimbang, anak-anak yang sebaya saya juga.    Kini, di jaman anak-anak saya, apalagi tinggal di tengah kota besar macam Jakarta dan sekitarny...
Cahaya-Nya seperti pelita berselubung kaca dalam ceruk jiwa, yang terisi minyak termulia dari pohon yang tumbuh tidak di timur dan tidak di barat, yang bercahaya laksana mutiara meski api belum menyentuhnya.